
Pantau - Hari ini, 7 Oktober 2024, menandai satu tahun agresi brutal Israel terhadap rakyat Palestina, yang terus menjadi sorotan dunia karena berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh rezim zionis.
Kecaman dan aksi protes global tidak menghentikan serangan oleh pasukan pendudukan, yang terus melancarkan serangan dari berbagai arah ke wilayah pendudukan Palestina.
Meskipun gencatan senjata di Gaza telah disepakati berkali-kali oleh pihak-pihak yang bertikai, hal ini tidak mampu menghentikan konflik yang bahkan merembet ke negara lain seperti Iran dan Lebanon, membuat situasi di kawasan semakin memanas.
Konflik antara Israel dan kelompok perjuangan Palestina, Hamas, masih berlanjut tanpa tanda-tanda perdamaian, sehingga korban jiwa terus berjatuhan. Warga sipil, terutama anak-anak, menjadi kelompok yang paling rentan dalam perang ini.
Perlindungan anak dalam situasi konflik bersenjata diatur dalam Konvensi Hak Anak (KHA) dan Protokol Opsionalnya, yang menetapkan bahwa anak di bawah 18 tahun tidak boleh direkrut atau digunakan dalam permusuhan.
BACA JUGA: Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 3 Warga Palestina, 11 Lainnya Terluka
Konvensi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 20 November 1989 dan mulai berlaku pada 2 September 1990, menjamin hak-hak anak di berbagai bidang.
Menurut pengamat Timur Tengah, Muhammad Syaroni Rofii, situasi di Gaza saat ini merupakan tragedi kemanusiaan abad ke-21 karena pelanggaran norma internasional yang dilakukan Israel.
Dia menyoroti bahwa perempuan dan anak-anak di Gaza adalah yang paling rentan, dan dampak dari konflik ini akan membekas di ingatan anak-anak hingga mereka dewasa.
Syaroni menekankan perlunya koridor kemanusiaan untuk memastikan serangan militer tidak menyasar warga sipil dan meminta akses lebih luas bagi NGO internasional untuk memasok bantuan.
Dia berharap pemerintah Indonesia dapat terus membela orang-orang yang lemah dan berperan sebagai motor penggerak diplomasi global dalam isu kemanusiaan.
BACA JUGA: Kritik Media Barat atas Liputan Konflik Gaza: Bias dan Distorsi Fakta
Nasib Tragis Anak-Anak Palestina
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa pada 6 Oktober, jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah mencapai 41.870 orang, dengan lebih dari 97.166 luka-luka.
Data menunjukkan bahwa sekitar 17.000 anak Palestina telah kehilangan nyawa sejak Oktober 2023. Ismail al-Thawabta, pemimpin kantor media pemerintah Gaza, menyebutkan bahwa di antara korban terdapat 16.859 anak, termasuk 171 bayi, yang meninggal akibat agresi Israel, serta 25.973 anak yang kini hidup tanpa satu atau kedua orang tua mereka.
UNICEF menyatakan bahwa "anak-anak Gaza telah mengalami kengerian yang tak terbayangkan" di bawah serangan yang terus berlanjut. Sementara itu, UNRWA mengungkapkan bahwa setiap 10 menit satu anak terbunuh di Jalur Gaza.
Komite Hak-Hak Anak PBB juga mendesak Israel untuk segera menghentikan serangan yang membunuh dan melukai anak-anak di Gaza, memastikan akses kemanusiaan yang aman.
BACA JUGA: Setahun Genosida, Ribuan Demonstran Pro-Palestina di Eropa Serukan Gencatan Senjata
Upaya Perlindungan Melalui Vaksinasi
Untuk menyelamatkan anak-anak di zona konflik, PBB bersama mitranya telah memberikan vaksinasi polio kepada lebih dari 560.000 anak di bawah 10 tahun di Jalur Gaza pada September lalu.
WHO menyebut kampanye vaksinasi tahap pertama sebagai "kesuksesan besar," dan rencananya tahap kedua akan dimulai pada 14 Oktober 2024. Kepala tim darurat kesehatan WHO, Ayadil Saparbekov, menyatakan pentingnya kolaborasi dengan otoritas Israel untuk memastikan keberhasilan vaksinasi.
Dengan berbagai tantangan yang ada, perlindungan anak-anak Palestina harus menjadi prioritas dalam upaya mencapai keadilan dan keamanan di kawasan yang dilanda konflik ini. (ANTARA)
- Penulis :
- Khalied Malvino