
Pantau - Kenya akan mengirimkan 600 petugas polisi tambahan ke Haiti bulan depan sebagai dukungan untuk misi internasional melawan geng.
Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden William Ruto pada Jumat (11/10/2024), bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri (PM) Haiti, Garry Conille, yang bertujuan mempercepat pengerahan pasukan.
Sebanyak 10 negara telah berkomitmen mengirimkan total sekitar 2.900 tentara untuk berpartisipasi dalam Multinational Security Support (MSS) yang dipimpin Kenya.
Namun hingga kini, hanya sekitar 430 pasukan yang sudah dikerahkan sejak misi ini disetujui oleh PBB pada bulan Juni, dengan hampir 400 di antaranya berasal dari Kenya.
BACA JUGA: PBB soal Penembakan di Haiti: 70 Orang Tewas oleh Senapan Otomatis
Kondisi di Haiti semakin memprihatinkan, terutama di ibukota Port-au-Prince, yang kini dikuasai oleh gerombolan bersenjata.
Pekan lalu, anggota geng Gran Grif melakukan serangan mematikan yang menewaskan sedikitnya 115 orang di wilayah pertanian, sebagaimana dilaporkan oleh walikota setempat.
Ruto menjelaskan bahwa misi ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan di Haiti dan menyebut pertempuran melawan geng sebagai “pertempuran yang bisa kita menangkan.”
Dia menambahkan bahwa 600 petugas tambahan dari Kenya saat ini sedang dalam pelatihan dan akan siap bertugas pada bulan depan.
BACA JUGA: Perdana Menteri Haiti Selamat dari Insiden Penembakan Geng Kriminal
Di samping Ruto, PM Haiti Garry Conille mengapresiasi respons cepat polisi terhadap insiden pembantaian pekan lalu, menegaskan bahwa kerjasama antara polisi dan kontingen Kenya dapat mempercepat perlindungan bagi masyarakat setempat.
Situasi kemanusiaan di Haiti juga sangat memprihatinkan. Lebih dari 700 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan lebih dari lima juta orang mengalami kelaparan, hampir setengah dari total populasi negara tersebut, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada September 2024, Dewan Keamanan PBB secara bulat menyetujui perpanjangan mandat MSS selama setahun.
Usulan dari Amerika Serikat (AS) untuk mengubah misi ini menjadi misi penjaga perdamaian PBB ditolak oleh Rusia dan China, menambah tantangan bagi upaya pemulihan keamanan di Haiti. (REUTERS)
- Penulis :
- Khalied Malvino