
Pantau - Situasi di Gaza kini menggambarkan apa yang terjadi ketika aturan perang diabaikan, dengan seluruh wilayah Palestina yang terkepung tak lagi memiliki tempat aman. Lebih dari 42.000 korban tewas dalam serangan Israel, demikian disampaikan Save the Children pada Senin (14/10/2024).
Di kota Deir al-Balah, empat orang tewas dan 40 lainnya terluka saat jet tempur Israel menghantam halaman rumah sakit, membakar 30 tenda pengungsian tempat warga tidur.
Serangan ini terjadi hanya sehari setelah serangan udara lainnya menewaskan 22 orang, termasuk 15 anak-anak, di sekolah UNRWA di Kamp Pengungsi Nuseirat yang tengah menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil.
Gambar-gambar korban terperangkap di tengah kobaran api ramai beredar di media sosial, memicu duka dan kemarahan publik.
BACA JUGA: Inggris Desak Semua Pihak Patuhi Hukum usai Serangan Horor Israel
"Apa yang kita saksikan di Gaza saat ini seperti neraka di bumi, dengan laporan harian tentang serangan terhadap anak-anak dan keluarga. Tak ada lagi tempat yang aman," ungkap Direktur Regional Save the Children untuk Timur Tengah, Jeremy Stoner dalam pernyataannya, dikutip Selasa (15/10/2024).
Stoner menjelaskan bahwa di Gaza utara, warga yang sudah kelaparan selama dua minggu tak bisa mendapatkan makanan, sembari terus berusaha menghindari bom dan peluru di zona maut yang tak dapat mereka tinggalkan. Sementara di Gaza selatan, bom-bom Israel memicu kebakaran besar di Rumah Sakit Al-Aqsa dan area sekitarnya.
"Perintah evakuasi bisa berubah menjadi perintah eksekusi ketika anak-anak tidak mendapatkan akses untuk bertahan hidup. Apa tujuan militer yang bisa membenarkan pembantaian massal warga sipil seperti ini?" tegas Stoner.
Stoner juga mengingatkan bahwa istilah "kerusakan tambahan" tidak boleh menjadi alasan untuk membenarkan pembunuhan anak-anak yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
BACA JUGA: Horor! Warga Gaza Dibakar Hidup-hidup saat Tidur di Tenda Pengungsian
Dia menyebut bagaimana serangan Israel yang merusak Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza City sempat memicu kemarahan internasional.
"Betapa jauh kita telah terpuruk dalam kemanusiaan," ucapnya penuh penyesalan.
Ditegaskannya, tanpa tindakan segera dari komunitas internasional, anak-anak dan keluarga di seluruh Gaza menghadapi ancaman kematian—hari ini, besok, dalam sepekan, atau sebulan—baik oleh bom, peluru, api, penyakit, atau kelaparan.
“Gaza adalah contoh nyata tentang apa yang terjadi tanpa aturan perang,” tutur Stoner, seraya menambahkan bahwa “kemanusiaan telah kehilangan arah” jika mereka yang memiliki kewajiban hukum dan kemampuan menghentikan genosida ini justru memilih diam. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino