HOME  ⁄  Internasional

Israel Hanya Izinkan 4 dari 66 Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza Utara

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Israel Hanya Izinkan 4 dari 66 Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza Utara
Foto: Sejumlah warga di Jalur Gaza berlarian mengambil bantuan kemanusiaan yang dikirimkan PBB. (Anadolu)

Pantau - Israel hanya mengizinkan empat dari 66 misi bantuan kemanusiaan yang direncanakan ke Gaza utara selama 20 hari pertama pada Oktober 2024, dengan tidak ada bantuan makanan yang diperbolehkan selama 14 hari terakhir.

Hal ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Jens Laerke, yang menyatakan adanya penurunan signifikan dalam akses kemanusiaan di wilayah tersebut.

Laerke menjelaskan bahwa otoritas Israel menolak 28 permohonan dan memblokir tujuh permintaan lain untuk pengiriman bantuan yang terkoordinasi ke wilayah Beit Hanoun, Jabalia, dan Beit Lahiya di Gaza utara.

"Selama dua minggu pertama Oktober, 85% dari upaya pengiriman bantuan ditolak," ungkap Laerke dalam keterangan tertulisnya kepada Anadolu, seraya menyoroti kondisi yang semakin kritis di Gaza utara.

Dalam kunjungan tim OCHA pada Sabtu (19/10/2024), ditemukan kepadatan ekstrem di Gaza utara, di mana beberapa orang terpaksa mengungsi harus tinggal di toilet lantaran krisis tempat penampungan.

Laerke juga menceritakan insiden menantang saat tim gabungan dari PBB, LSM internasional, dan Palang Merah Palestina melakukan sembilan percobaan sebelum akhirnya mencapai Rumah Sakit (RS) Kamal Adwan dan RS Bersalin Al-Sahaba pada 12 Oktober 2024, usai menghadapi banyak penolakan dan rintangan dari pasukan Israel.

Krisis kemanusiaan semakin memburuk setelah operasi darat Israel di Rafah, dengan pengiriman bantuan yang menurun secara dramatis.

Baca juga: PBB Peringatkan Israel Blokade Bantuan ke Gaza Picu Hilangnya Nyawa

"Untuk semua titik masuk, rata-rata harian truk bantuan di bulan September (54) hanya sepertiga dari jumlah di bulan April (165)," tambah Laerke.

Distribusi bantuan yang terbatas menghadapi berbagai hambatan, termasuk jalan yang rusak, pemindahan paksa yang memblokir rute pasokan utama, permintaan koordinasi yang ditolak, kepadatan, dan kurangnya ketertiban publik.

"Gaza juga merupakan tempat yang paling berbahaya di dunia bagi PBB dan mitranya untuk beroperasi," tegas Laerke, seraya mencatat kematian 300 rekan kerjanya dan pengeboman gudang-gudang bantuan.

Meskipun dalam kondisi yang sulit ini, para pekerja kemanusiaan terus berupaya memberikan bantuan penyelamat jiwa kepada warga Palestina di Gaza, meskipun situasinya tetap sangat kekurangan dan semakin berbahaya bagi mereka.

Sejak serangan Hamas tahun lalu, Angkatan Bersenjata Israel melanjutkan ofensif yang menghancurkan di Jalur Gaza, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina, lebih dari 42.700 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak tewas, dan lebih dari 100.300 lainnya mengalami luka-luka.

Serangan Israel di Gaza menimbulkan hampir seluruh populasi wilayah tersebut mengungsi, seiring blokade berkepanjangan memicu krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan yang dilakukan di Jalur Gaza. (Anadolu)

Baca juga: Harris Serukan Israel Percepat Aliran Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Penulis :
Khalied Malvino