
Pantau - Media pemerintah Korea Utara pada Jumat (25/10/2024), mengkritik keras kelompok G7 menyebutnya telah berubah menjadi "klub perang" dan bukan lagi fokus pada ekonomi.
Dalam laporan yang diterbitkan oleh Korean Central News Agency (KCNA), Korea Utara menolak klaim G7 mewakili komunitas internasional.
KCNA menyebut G7 sebagai “kelompok kontraktor perang” dan mengutuk keterlibatan mereka dalam urusan Semenanjung Korea. Menurut KCNA, campur tangan G7 mengarah pada ekspansi militer NATO, yang disebutnya sebagai "aliansi perang global."
Komentar ini muncul setelah pertemuan menteri pertahanan G7 di Italia, yang untuk pertama kalinya melibatkan diskusi militer. Korea Utara menganggap pertemuan itu "tidak sesuai dengan misi dan tanggung jawabnya."
Baca juga: Negara G7 Dukung Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Pertemuan tersebut berlangsung di Naples, Italia, dan dihadiri oleh menteri pertahanan dari AS, Jerman, Prancis, Kanada, Inggris, Italia, Jepang, serta Sekjen NATO, Mark Rutte, dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell.
Pertemuan ini digelar menyusul eksalasi konflik global, termasuk di Timur Tengah serta perang antara Rusia-Ukraina.
KCNA menuduh sejumlah negara Barat berusaha memperluas konflik di Eropa hingga ke Asia, dengan mengklaim keamanan di kedua benua tersebut saling terkait.
Selain itu, G7 dituduh memicu konfrontasi dengan pernyataan-pernyataan yang menyebut Korea Utara, Rusia, dan Tiongkok sebagai ancaman bagi keamanan internasional.
Baca juga: Menlu AS Wanti-wanti G7, Hizbullah bisa Balas Serangan dalam Waktu Dekat
Kritikan Korea Utara juga diarahkan kepada Korea Selatan, yang turut berpartisipasi dalam beberapa pertemuan NATO serta melakukan pembicaraan antara Presiden Yoon Suk Yeol dan Sekjen NATO terkait kerja sama antara Pyongyang-Moskow.
Korea Utara menuding bahwa sejumlah negara Barat dan anggota NATO terlibat dalam latihan militer agresif yang menargetkan negaranya.
Korea Selatan mengancam akan mengirimkan senjata ke Ukraina sebagai respons terhadap meningkatnya hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia, terutama setelah Rusia meratifikasi perjanjian dengan Korea Utara.
Hal ini memicu kekhawatiran serius dari Seoul. Meski demikian, baik Moskow maupun Pyongyang belum memberikan konfirmasi mengenai dugaan kerja sama militer tersebut.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino