
Pantau - Pemerintah Israel menyetujui resolusi untuk memboikot surat kabar Haaretz. Semua badan pemerintah kini dilarang berkomunikasi atau memasang iklan di surat kabar tersebut.
Mengutip AL Jazeera, Senin (25/11/2024), keputusan ini diambil karena Haaretz dianggap sering menerbitkan artikel yang “merusak legitimasi negara Israel dan haknya untuk membela diri.”
Pemerintah juga menyoroti pernyataan penerbit Haaretz, Amos Schocken, dalam konferensi di London, yang disebut mendukung terorisme dan mendorong sanksi terhadap pemerintah.
Haaretz melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui keputusan tersebut meski tidak tercantum dalam agenda resmi rapat kabinet mingguan.
Dalam tanggapannya, Haaretz menyebut keputusan ini sebagai “langkah oportunis untuk memboikot Haaretz yang diambil tanpa tinjauan hukum.”
Surat kabar tersebut menambahkan, “Netanyahu, seperti sekutunya Putin, Erdogan, dan Orban, mencoba membungkam media independen yang kritis. Namun, Haaretz tidak akan menyerah atau berubah menjadi corong pemerintah.”
Baca juga:
- Al Jazeera Bantah Tuduhan Israel soal Keterlibatan Jurnalis dalam Hamas
- Hamas Kecam Netanyahu Buntut Penutupan Kantor Berita Al Jazeera di Yerusalem
Kolumnis Haaretz, Gideon Levy, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sanksi ini menyampaikan pesan buruk, baik secara politik maupun moral.
“Banyak yang menganggap Haaretz sebagai satu-satunya surat kabar independen di Israel. Terutama selama perang ini, hampir semua media lain sepenuhnya mengikuti narasi pemerintah dan militer, tanpa menunjukkan apa yang terjadi di Gaza,” katanya.
Ketegangan dengan Haaretz meningkat setelah konferensi London bulan lalu. Dalam acara tersebut, Schocken menuding pemerintahan Netanyahu mendukung “rezim apartheid kejam terhadap warga Palestina” dan menyebut perjuangan Palestina melawan pendudukan sebagai bentuk pembelaan kebebasan.
Setelah komentar tersebut menuai kecaman publik, Schocken menjelaskan bahwa ia tidak merujuk pada Hamas ketika menyebut pejuang kebebasan Palestina.
Meski demikian, Menteri Komunikasi Shlomo Karhi terus meluncurkan kampanye boikot terhadap Haaretz, bahkan mengusulkan penghentian langganan surat kabar ini untuk pegawai negeri.
Penindasan terhadap media meningkat di tengah perang yang berlangsung. Israel telah membunuh puluhan jurnalis Palestina di Gaza, termasuk dari Al Jazeera, seperti Ismail al-Ghoul dan Hamza Dahdouh. Selain itu, Al Jazeera dipaksa menutup kantor di Israel dan Tepi Barat akibat ancaman berulang dari pemerintah.
Keputusan ini memperlihatkan meningkatnya tekanan terhadap kebebasan pers di Israel, sementara kritik internasional terus berdatangan.
- Penulis :
- Khalied Malvino