Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Rezim Assad Tumbang, Komisi I DPR Minta Keselamatan WNI Jadi Prioritas

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Rezim Assad Tumbang, Komisi I DPR Minta Keselamatan WNI Jadi Prioritas
Foto: Perang sipil yang berlangsung di Aleppo, Suriah. (foto: Getty Images)

⁠⁠⁠⁠Pantau - Anggota Komisi I DPR RI, Marwan Jafar menyoroti keselamatan WNI di Suriah setelah runtuhnya pemerintahan Bashar Al Assad. 

Ia menegaskan, keamanan WNI harus menjadi prioritas utama di tengah situasi yang kian berbahaya.

Keadaan di Suriah semakin memanas setelah kelompok pemberontak bersenjata berhasil menguasai ibu kota Damaskus. 

Serangan dari sisi selatan kota pada Sabtu (7/12/2024) membuat pasukan rezim Assad kehilangan kendali, dan kota tersebut jatuh ke tangan kelompok anti-rezim pada Minggu (8/12/2024).

Menanggapi eskalasi konflik ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus menetapkan status siaga 1 untuk seluruh wilayah Suriah. 

Marwan meminta KBRI memastikan keselamatan seluruh WNI yang saat ini berjumlah 1.162 orang di negara tersebut.

Baca Juga: Israel Serang Armada Laut Suriah usai Jatuhnya Rezim Bashar al-Assad

"Dalam situasi perang yang sangat membahayakan ini, keamanan dan keselamatan WNI menjadi prioritas," kata Marwan, Rabu (11/12/2024). 

Ia juga menekankan pentingnya koordinasi antara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan KBRI Damaskus untuk memantau kondisi para WNI.

"Dalam keadaan darurat perang seperti ini, komunikasi dan koordinasi sangat penting. Jangan ada satu WNI pun yang luput dari perhatian," ujar politisi Fraksi PKB itu.

Selain memastikan tempat tinggal yang aman, Marwan menekankan perlunya menjaga pasokan makanan untuk WNI. Ia mengingatkan, mencari bahan makanan di tengah konflik dapat berisiko tinggi.

"Kemenlu melalui KBRI harus terus memantau pergerakan WNI di Suriah. Tentu, mereka lebih baik tetap di dalam rumah untuk sementara waktu," tambahnya. 

Iaia mengimbau semua pihak terkait untuk terus memberikan perhatian maksimal terhadap keselamatan WNI di tengah situasi konflik di Suriah.

Penulis :
Aditya Andreas