
Pantau - Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah, Geir Pedersen, memperingatkan bahwa iklim politik di Suriah terus memburuk meski situasi militer di Sweida terlihat relatif tenang selama sebulan terakhir.
Gencatan senjata yang berlangsung sejak 19 Juli 2025 di Sweida berada dalam tekanan tinggi dan dinilai rentan pecah sewaktu-waktu.
Meski belum terjadi konflik terbuka, sejumlah bentrokan berbahaya dan tindakan permusuhan terus terjadi di wilayah pinggiran Sweida.
Retorika Ekstrem dan Kekerasan Jadi Ancaman Serius
Dalam pernyataannya kepada Dewan Keamanan PBB, Pedersen mengungkapkan bahwa ketenangan militer selama sebulan hanya menjadi selubung dari iklim politik yang semakin tegang.
Ia menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya retorika zero-sum atau menang-kalah antar pihak yang bertikai, sebagian dipicu oleh beredarnya video kekejaman nyata selama eskalasi sebelumnya.
"Akuntabilitas atas kekerasan sangat penting, tanpa memandang afiliasi para pelaku," tegasnya.
Otoritas sementara Suriah telah membentuk komite pencari fakta untuk menyelidiki insiden kekerasan di Sweida.
Pedersen menekankan bahwa hasil penyelidikan harus dipublikasikan sepenuhnya, dan semua pelaku wajib dimintai pertanggungjawaban.
Seruan untuk Reformasi Keamanan dan Proses Politik Inklusif
Ia juga menegaskan pentingnya reformasi sektor keamanan secara serius, termasuk program perlucutan senjata, demobilisasi, dan reintegrasi untuk mencegah kekerasan serupa di masa mendatang.
Menurutnya, hanya proses politik yang inklusif, dipimpin, dan dimiliki oleh warga Suriah sendiri yang dapat membuka jalan menuju perdamaian berkelanjutan.
Proses tersebut harus menjamin perlindungan hak seluruh warga, memenuhi aspirasi sah rakyat, serta memungkinkan rakyat Suriah menentukan masa depan mereka secara damai, mandiri, dan demokratis.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti