
Pantau - Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengecam keras pembunuhan empat jurnalis Palestina oleh Israel di Gaza pekan lalu, menyusul meningkatnya serangan militer Israel di wilayah yang terkepung tersebut.
Mengutip Al Jazeera, Selasa (17/12/2024), lembaga pemantau berbasis di Amerika Serikat (AS) itu menyatakan komunitas internasional telah gagal meminta pertanggungjawaban Israel atas tindakannya, seiring melonjaknya jumlah korban tewas di Gaza, termasuk jurnalis dan warga sipil.
“Setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media tewas di seluruh dunia sepanjang 2024,” ungkap CEO CPJ, Jodie Ginsberg.
“Israel bertanggung jawab atas dua pertiga dari jumlah kematian itu, tetapi tetap bertindak dengan impunitas penuh terhadap pembunuhan jurnalis dan serangannya terhadap media," sambungnya.
Pernyataan ini muncul sehari usai Ahmed al-Louh, seorang jurnalis Palestina berusia 39 tahun yang bekerja sebagai juru kamera untuk Al Jazeera, tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat.
Beberapa hari sebelumnya, serangan militer Israel juga menewaskan jurnalis Mohammed Balousha, Mohammed Jabr al-Qrinawi, dan Eman Shanti.
Beberapa jam sebelum serangan udara Israel menewaskan Shanti bersama suami dan anak-anaknya di Kota Gaza, jurnalis Palestina tersebut sempat menulis di media sosial: “Apakah mungkin kami masih hidup sampai sekarang?”
Baca juga:
- Pilu Gaza Belanjut, Lebih dari 45.000 Tewas dalam Perang 14 Bulan
- Lagi, Jurnalis Palestina Terbunuh dalam Serangan Udara Israel
Menurut otoritas kesehatan setempat, Israel telah membunuh lebih dari 45.000 warga Palestina di Gaza, meratakan sebagian besar wilayah tersebut, dan memberlakukan blokade yang mematikan, memicu kelaparan meluas di seluruh daerah itu.
Para ahli PBB dan kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh Israel melakukan genosida di Gaza.
Dengan larangan terhadap jurnalis asing bekerja di Gaza, jurnalis Palestina menjadi satu-satunya saksi yang melaporkan kekejaman ini kepada dunia luar.
Hal itu, menurut para pembela HAM, membuat mereka menjadi sasaran militer Israel yang beroperasi tanpa memperhatikan norma hukum dan etika.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, militer Israel telah membunuh 196 pekerja media Palestina di Gaza sejak perang dimulai OKtober 2023. CPJ, yang tak memasukkan beberapa pekerja media dalam hitungannya, mencatat jumlah korban tewas sebanyak 133.
Pada Minggu (15/12/2024), Al Jazeera mengecam pembunuhan al-Louh, menuduh Israel melakukan “pembunuhan sistematis terhadap jurnalis secara keji.”
Al-Louh adalah jurnalis Al Jazeera terbaru yang tewas sejak perang dimulai. Dia tewas tepat setahun setelah Samer Abudaqa, juru kamera Al Jazeera lainnya, terbunuh dalam serangan Israel.
Awal tahun ini, Israel juga membunuh koresponden jaringan tersebut, Ismail al-Ghoul, dan kameramennya, Rami al-Rifi, dalam serangan yang ditargetkan.
Baca juga:
- Serangan Israel Tewaskan Jurnalis Palestina dan Petugas Pertahanan Sipil Gaza
- Serangan Israel Tewaskan Jurnalis Palestina, Total Korban 193
Militer Israel belum membantah penargetan terhadap al-Louh dan jurnalis Al Jazeera lainnya. Sebaliknya, mereka mencoba menggunakan dalih klise untuk membenarkan pembunuhan tersebut dengan menuduh, tanpa bukti, bahwa mereka adalah anggota kelompok bersenjata Palestina. Al Jazeera dengan tegas membantah tuduhan ini.
Sebelumnya juga, militer Israel mengklaim al-Louh adalah anggota Jihad Islam Palestina, namun tak ada rincian bukti yang diberikan Israel guna mendukung tuduhan tersebut.
Israel sebelumnya juga menuduh al-Ghoul adalah anggota Hamas, bahkan merilis dokumen yang tampaknya dipalsukan sebagai bukti, seraya menyebutkan al-Ghoul menerima pangkat militer Hamas pada 2007--ketika usianya baru 10 tahun.
Sejak perang Gaza pecah, Israel sering kali mengklaim--sebagian besar tanpa bukti--serangannya terhadap warga Palestina adalah bagian dari kampanye melawan Hamas.
Militer Israel juga telah membombardir sekolah, rumah sakit, dan kamp pengungsian, dengan alasan bahwa mereka sedang menargetkan pejuang Hamas.
- Penulis :
- Khalied Malvino