
Pantau - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, bersama dua menteri lainnya dari partai nasionalis-religius Otzma Yehudit, mengundurkan diri dari kabinet Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu terkait kesepakatan gencatan senjata Gaza. Pernyataan tersebut disampaikan partai itu pada Minggu (19/1/2025).
Baca juga: Israel Ancam Tunda Gencatan Senjata di Gaza, Tuntut Nama Sandera dari Hamas
Partai Otzma Yehudit kini resmi keluar dari koalisi pemerintahan, tetapi menegaskan tidak akan berusaha menggulingkan pemerintahan Netanyahu. Dalam pernyataan resminya, Partai Otzma Yehudit menyebut kesepakatan gencatan senjata sebagai "penyerahan diri kepada Hamas."
Mereka juga mengecam "pembebasan ratusan pembunuh" dan menilai hal itu sebagai "pengkhianatan terhadap pencapaian (militer Israel) dalam perang" di Gaza. Meskipun ada pengunduran diri ini, PM Netanyahu tetap memegang mayoritas tipis di parlemen Israel.
Setelah sempat mengalami penundaan selama beberapa jam, gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi dimulai pada Minggu (19/1/2025). Langkah ini diambil setelah perundingan intensif, meskipun sempat diwarnai ketegangan dan saling tuding.
Baca juga: Gencatan Senjata di Gaza Resmi Berlaku, Pasukan Israel Tarik Kendaraan dari Rafah
Salah satu bagian penting dari kesepakatan ini adalah pembebasan tahanan. Israel setuju untuk melepaskan 737 tahanan Palestina, sementara Hamas membebaskan 33 tahanan Israel, termasuk sejumlah perempuan dan anak-anak. Proses pertukaran sandera dijadwalkan berlangsung secara bertahap, dengan Palang Merah berperan sebagai penghubung utama.
Selain itu, penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah di Gaza, khususnya di sekitar Rafah, menandai dimulainya implementasi gencatan senjata. Ribuan warga Gaza yang sebelumnya mengungsi akibat konflik mulai kembali ke rumah mereka, meskipun banyak di antaranya mendapati rumah mereka telah hancur.
Sumber: Arab News
- Penulis :
- Khalied Malvino