
Pantau - Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat menyusut 0,3 persen secara tahunan pada kuartal pertama (Q1) 2025, menandai kontraksi ekonomi pertama sejak kuartal kedua 2022.
Penurunan ini terjadi setelah pertumbuhan 2,4 persen pada kuartal keempat (Q4) 2024 dan disebabkan oleh peningkatan tajam impor, penurunan belanja pemerintah, serta ketidakpastian akibat kebijakan tarif baru pemerintahan Trump.
Ekspor neto tercatat mengurangi 4,83 poin persentase dari PDB, menjadi penurunan tertinggi dalam catatan sejarah.
Banyak perusahaan melakukan penimbunan stok sebagai respons atas kekhawatiran akan lonjakan tarif di masa depan.
Belanja Konsumen dan Pemerintah Ikut Melemah
Pertumbuhan belanja konsumen, yang biasanya menjadi pendorong utama ekonomi AS, juga melambat tajam menjadi hanya 1,8 persen pada Q1, turun dari 4,0 persen pada Q4 2024.
Kontribusi belanja konsumen terhadap PDB hanya 1,21 poin persentase.
Sementara itu, belanja pemerintah federal turun 5,1 persen dan mengurangi 0,33 poin persentase dari PDB.
Ekonom Wells Fargo menilai kontraksi ini bukanlah awal dari resesi, tetapi lebih sebagai respons terhadap perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan.
Namun, sejumlah analis lain menyuarakan kekhawatiran lebih serius.
Adam Posen dari Peterson Institute for International Economics menempatkan risiko resesi AS saat ini di angka 65 persen.
Gary Clyde Hufbauer dari lembaga yang sama memperkirakan resesi akan terjadi pada paruh kedua 2025.
Ekonom Soroti Dampak Awal Pemerintahan Trump
The Kobeissi Letter mencatat bahwa kontraksi 0,3 persen pada Q1 merupakan angka negatif pertama sejak Q2 2022 dan menjadi sinyal awal resesi 2025.
Mantan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers, bahkan menyebut 100 hari pertama pemerintahan Trump sebagai "periode ekonomi paling tidak sukses dalam satu abad".
Ia menyoroti penurunan tajam pasar saham, merosotnya nilai dolar, proyeksi inflasi dan pengangguran yang naik, serta kepercayaan konsumen yang runtuh.
Darell West dari Brookings Institution menyatakan bahwa penurunan PDB ini menjadi kabar buruk bagi Presiden Trump, yang dinilai mewarisi ekonomi kuat dari Joe Biden tetapi kemudian merusaknya dengan kebijakan ekonomi yang salah arah.
Apabila pada kuartal kedua (Q2) 2025 PDB kembali mencatat angka negatif, maka resesi resmi akan dinyatakan dan dijuluki sebagai Resesi Trump oleh sebagian analis.
- Penulis :
- Gian Barani