
Pantau - Amerika Serikat menghentikan serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata pada Selasa, 6 Mei 2025, dalam langkah diplomatik yang difasilitasi oleh Oman.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan langsung penghentian operasi militer tersebut, dengan menyebut bahwa kelompok Houthi tidak lagi ingin berperang.
Sebelumnya, pasukan AS telah menargetkan sekitar 800 titik di wilayah Yaman sejak Maret, yang menyebabkan ratusan korban dari pihak Houthi.
Kesepakatan Dijamin Oman, Serangan terhadap Israel Tetap Berlanjut
Menteri Luar Negeri Oman, Sayyid Badr bin Hamad bin Hamood Albusaidi, menyatakan bahwa Oman berperan sebagai mediator utama dalam tercapainya kesepakatan tersebut.
Dalam isi perjanjian, kedua pihak sepakat untuk tidak saling menyerang, termasuk menjamin keselamatan kapal-kapal AS di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab demi kebebasan navigasi dan arus pelayaran internasional.
Oman berharap gencatan senjata ini dapat membantu menyelesaikan ketegangan di kawasan regional yang lebih luas.
Namun, Abdul Malik Al-Ajri dari Houthi menyatakan bahwa kesepakatan tersebut bersifat murni bilateral dan tidak berkaitan dengan konflik di Gaza atau Israel.
Mohammed Ali al-Houthi dan Mahdi al-Mashat menegaskan bahwa dukungan militer terhadap Gaza tetap akan berlanjut.
Menurut mereka, gencatan senjata dengan AS tidak menghalangi operasi terhadap Israel, yang dianggap sebagai bagian dari komitmen solidaritas dengan Palestina.
Analis: Gencatan Sementara Bisa Ubah Citra Houthi
Juru bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam, menyebut kesepakatan itu sebagai respons terhadap permintaan AS, dan menegaskan bahwa pihaknya tidak mengajukan permintaan timbal balik apa pun.
Analis militer Yaman, Ali bin Hadi, menilai bahwa gencatan senjata ini bisa menjadi momen penting yang mengubah citra Houthi dari milisi pemberontak menjadi kekuatan yang diakui secara internasional dalam diplomasi.
Sementara itu, analis politik Muqbel Naji dari Aden menyebut kesepakatan ini bersifat sementara dan lebih dipicu oleh melemahnya kekuatan militer Houthi akibat serangan bertubi-tubi AS.
Bin Hadi menambahkan bahwa perjanjian ini dirancang untuk bertahan lama, meski tidak ada pihak yang benar-benar menang dalam konflik tersebut, baik Amerika Serikat maupun Houthi.
- Penulis :
- Balian Godfrey