Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

China Kecam G7 atas Tuduhan Distorsi Pasar dan Isu Taiwan: Sebut Pernyataan Sebagai Intervensi dan Manipulasi

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

China Kecam G7 atas Tuduhan Distorsi Pasar dan Isu Taiwan: Sebut Pernyataan Sebagai Intervensi dan Manipulasi
Foto: China Kecam G7 atas Tuduhan Distorsi Pasar dan Isu Taiwan: Sebut Pernyataan Sebagai Intervensi dan Manipulasi(Sumber: ANTARA/Anadolu/as. ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Pantau - Kementerian Luar Negeri China mengecam keras pernyataan para pemimpin G7 yang dianggap kembali memanipulasi isu-isu sensitif terkait China dalam pertemuan puncak G7 yang digelar di Kanada pada 15–17 Juni 2025.

"KTT G7 sekali lagi memanipulasi isu-isu yang berkaitan dengan China", ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China.

G7 Soroti Isu Perdagangan dan Stabilitas Kawasan

Dalam pernyataan resmi yang dirilis usai pertemuan, para pemimpin G7 meminta China menahan diri dari praktik distorsi pasar dan kelebihan kapasitas industri. Mereka juga menyoroti pentingnya perdamaian dan stabilitas internasional, termasuk di wilayah Indo-Pasifik.

G7 menyatakan keprihatinan terhadap aktivitas China di Laut China Timur dan Selatan serta menekankan pentingnya stabilitas di Selat Taiwan.

Namun China menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk intervensi langsung terhadap urusan dalam negeri mereka.

"G7 membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab tentang Taiwan, Laut China Selatan, dan Laut China Timur, yang secara keliru menuduh China melakukan 'kelebihan kapasitas' dan 'distorsi pasar'", tegas Kementerian Luar Negeri China.

China menyatakan telah mengajukan protes resmi kepada negara-negara anggota G7 dan menuduh kelompok tersebut melanggar prinsip dasar hubungan internasional.

Tanggapan Terhadap Isu Taiwan dan Maritim

Beijing menyatakan bahwa situasi di Laut China Timur dan Laut China Selatan pada dasarnya stabil. Oleh karena itu, G7 diminta tidak menabur perselisihan di kawasan melalui retorika yang memicu ketegangan.

"Faktor terbesar yang merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah kegiatan separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan campur tangan kekuatan eksternal", ujar pernyataan resmi China.

Pemerintah China menegaskan bahwa jika G7 benar-benar peduli terhadap perdamaian, maka seharusnya mereka mematuhi prinsip satu China dan menentang segala bentuk kemerdekaan Taiwan.

Tuduhan Distorsi Pasar Disebut Dalih Proteksionisme

Pernyataan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang menyebut China melakukan distorsi pasar melalui kelebihan kapasitas dan subsidi berlebihan juga turut menuai kritik keras dari Beijing.

"Apa yang disebut sebagai tuduhan 'distorsi pasar' dan 'kelebihan kapasitas' sama sekali tidak benar", tegas China.

China menyebut tuduhan tersebut sebagai alasan bagi negara-negara G7 untuk melegitimasi kebijakan proteksionis mereka dan upaya menahan laju kemajuan industri China.

"G7 menggunakannya sebagai alasan untuk praktik proteksionis perdagangan mereka, dan pada dasarnya untuk menahan dan menekan kemajuan industri China serta mempolitisasi dan mempersenjatai masalah ekonomi dan perdagangan", lanjut pernyataan itu.

Seruan Tinggalkan Mentalitas Perang Dingin

China mendesak negara-negara G7 untuk menghentikan campur tangan terhadap urusan dalam negerinya serta meninggalkan bias ideologis yang dinilai mencerminkan mentalitas era Perang Dingin.

KTT G7 tahun ini dihadiri oleh para pemimpin dunia seperti Presiden AS Donald Trump, PM Inggris Keir Starmer, PM Italia Giorgia Meloni, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, PM Jepang Shigeru Ishiba, PM Kanada Mark Carney sebagai tuan rumah, serta Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Para pemimpin negara tersebut juga menekankan pentingnya Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, aman, dan berdasarkan aturan hukum, serta memperkuat kerja sama ekonomi dengan kawasan.

Penulis :
Balian Godfrey