
Pantau - Perang selama 12 hari antara Iran dan Israel tidak hanya berlangsung di medan fisik, tetapi juga merambah dunia maya yang dipenuhi gempuran disinformasi dan propaganda visual.
Media sosial menjadi ladang subur bagi penyebaran informasi palsu, termasuk video yang difabrikasi untuk membentuk opini publik global.
Video Simulasi Perang Dipakai untuk Propaganda
Salah satu bentuk disinformasi muncul melalui unggahan akun X @PrayforOomfie yang mempublikasikan video berdurasi 32 detik, menggambarkan pertempuran udara yang diklaim sebagai serangan jet tempur Iran terhadap pesawat Israel.
Video itu disertai takarir "teror di langit Israel, saat pesawat-pesawat tempur Iran menembaki jet-jet tempur Israel", namun setelah ditelusuri, ternyata cuplikan tersebut berasal dari simulasi permainan Arma 3 dan War Thunder.
Kedua permainan itu memang kerap disalahgunakan untuk menyebarkan konten visual yang seolah-olah menggambarkan konflik bersenjata nyata.
Unggahan menyesatkan lainnya datang dari akun X @stiwarl510 yang memposting video berdurasi 49 detik, memperlihatkan ledakan besar dan api membumbung tinggi, disertai suara ledakan dan percakapan berbahasa Inggris.
Video tersebut diberi narasi sebagai serangan nuklir terhadap Israel, padahal tidak ada bukti otentik yang mendukung klaim tersebut.
Tujuan Disinformasi: Melemahkan Kohesi Sosial
Pakar komunikasi menyebut bahwa penyebaran disinformasi seperti ini bukan hanya berfungsi untuk menyesatkan, tetapi juga untuk menciptakan ketidakpastian dan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat.
Dengan meningkatnya paparan terhadap konten palsu, ketegangan sosial dan polarisasi politik dapat diperparah, melemahkan kohesi sosial di tengah krisis.
Gempuran disinformasi ini menegaskan bahwa dalam konflik modern, perang tidak lagi hanya di medan tempur fisik, tetapi juga berlangsung sengit di ruang digital yang tak berbatas.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti