Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Ekosistem Kereta Cepat Mulai Terbentuk, KCIC Catat Lonjakan Penumpang dan Jadi Percontohan ASEAN

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Ekosistem Kereta Cepat Mulai Terbentuk, KCIC Catat Lonjakan Penumpang dan Jadi Percontohan ASEAN
Foto: Ekosistem Kereta Cepat Mulai Terbentuk, KCIC Catat Lonjakan Penumpang dan Jadi Percontohan ASEAN(Sumber: ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Pantau - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, menyatakan bahwa ekosistem kereta cepat di Indonesia mulai terbentuk sejak beroperasinya kereta cepat Jakarta–Bandung (Whoosh), dengan pertumbuhan signifikan dari sisi operasional, minat publik, hingga pengurangan ketergantungan tenaga kerja asing.

Ekosistem Operasional Terbentuk, Industri Manufaktur Masih Tertinggal

"Kalau dari sisi pelayanan dan operasional, ekosistem kereta cepat di Indonesia sudah mulai terbentuk, tapi kalau secara industri misal manufaktur itu belum, meski untuk perawatan masih terus dikerjakan," ungkap Dwiyana dalam Kongres Global ke-12 Kereta Cepat di Beijing, 8–11 Juli 2025.

Whoosh, yang mulai beroperasi pada Oktober 2023 dengan 100 persen teknologi China, kini mengalami peralihan tanggung jawab operasional ke tenaga kerja Indonesia.

Jumlah pekerja asal China menurun signifikan, dari sekitar 1.000 orang menjadi sekitar 500-an, khususnya untuk operasional.

Sementara itu, masinis Indonesia yang mengoperasikan kereta CR400 AF (Fuxing) masih didampingi oleh masinis China selama masa transisi.

"Kalau situasi yang urgent dia (masinis asal China) akan turun tangan, itu mungkin sampai 6 bulan ke depan. Itu pun terus berkurang," jelas Dwiyana.

Kesuksesan operasional Whoosh menjadikan Indonesia sebagai rujukan regional.

"Indonesia menjadi satu percontohan sekarang, menjadi model untuk pengembangan kereta cepat di ASEAN. Mereka ingin tahu bagaimana kok Indonesia bisa, kenapa mereka tidak," lanjutnya.

Peningkatan Penumpang, Perubahan Gaya Hidup, dan Model Tarif Baru

Minat masyarakat terhadap Whoosh terus meningkat, seiring meningkatnya kesadaran akan efisiensi waktu dan gaya hidup ramah lingkungan.

"Kereta cepat mengubah gaya hidup orang Bandung dan Jakarta. Mereka yang bekerja ke Jakarta tapi rumah di Bandung bisa punya lebih banyak waktu dengan keluarga," kata Dwiyana.

KCIC kini menyediakan frequent whoosh card, kartu langganan dengan tarif lebih hemat.

Harga rata-rata tiket Whoosh berada di kisaran Rp300.000 dengan skema dynamic pricing.

"Tapi masyarakat jadi teredukasi bahwa saat hari ramai pasti tiket agak mahal sedangkan saat hari sepi ya harga dengan sendirinya turun," ujarnya.

KCIC juga memperkenalkan tarif hemat Rp200.000 per perjalanan untuk pengguna kartu berlangganan, 43 persen lebih murah dari harga normal.

Rekor penumpang harian tertinggi tercatat pada 27 Juni 2025 sebanyak 26.770 penumpang.

Hingga Juni 2025, total penumpang Whoosh mencapai lebih dari 10.014.707 orang.

Frekuensi perjalanan meningkat dari 14 menjadi 62 perjalanan per hari sejak Februari 2026, dengan keberangkatan setiap 30 menit.

Whoosh menggunakan kereta CR400 AF yang terdiri dari delapan gerbong — empat bermotor dan empat tanpa motor — dengan kecepatan operasional hingga 350 km/jam dan desain maksimum 420 km/jam.

Jarak Jakarta–Bandung sejauh 142,3 km dapat ditempuh dalam 36–46 menit, dengan pemberhentian di empat stasiun: Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.

Masyarakat juga menunjukkan antusiasme tinggi terhadap rencana pengembangan rute baru, termasuk proyek kereta cepat Jakarta–Surabaya yang tengah dikaji.

Penulis :
Aditya Yohan