Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

PM Anwar Ibrahim Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Perdagangan Sebagai Senjata Geopolitik

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

PM Anwar Ibrahim Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Perdagangan Sebagai Senjata Geopolitik
Foto: PM Anwar Ibrahim Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Perdagangan Sebagai Senjata Geopolitik (Sumber: ANTARA/Xinhua/Cheng Yiheng)

Pantau - Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyerukan agar negara-negara anggota ASEAN bersatu dalam menghadapi penggunaan perdagangan internasional sebagai alat tekanan geopolitik, terutama di tengah kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat.

Pernyataan tersebut disampaikan Anwar dalam pidato pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-58 di Kuala Lumpur, Rabu (9 Juli 2025).

“Di seluruh dunia, alat yang dahulu digunakan untuk mendorong pertumbuhan kini digunakan untuk menekan, mengisolasi, dan membatasi. Tarif, pembatasan ekspor, dan hambatan investasi kini telah menjadi instrumen persaingan geopolitik yang semakin tajam. Ini bukanlah badai sesaat. Ini adalah cuaca baru di zaman kita,” tegas Anwar.

Perkuat Ekonomi Internal dan Kebijakan untuk Rakyat

Anwar menekankan pentingnya memperkuat fondasi internal ASEAN melalui perdagangan dan investasi intraregional.

“Ketika kita menghadapi tekanan eksternal, kita perlu memperkuat fondasi internal kita. Berdagang lebih banyak di antara kita, berinvestasi lebih banyak pada satu sama lain, dan memajukan integrasi di seluruh sektor dengan tekad. Membangun ekonomi ASEAN yang lebih kuat dan lebih terhubung merupakan sebuah keharusan strategis yang akan mengokohkan relevansi dan ketahanan kita hingga beberapa dekade mendatang,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar ASEAN tidak melupakan kebijakan-kebijakan yang berdampak langsung pada masyarakat, seperti peningkatan konektivitas, ketahanan pangan, transformasi digital, pendidikan, layanan kesehatan, dan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, turut menyampaikan pidato pembukaan dalam sesi pleno.

Ia menyoroti perlunya integrasi dan koordinasi yang lebih erat di antara negara-negara ASEAN untuk menjawab tantangan besar yang bersifat eksistensial.

“Kebutuhan yang paling mendesak adalah perlunya kita mengatasi bahaya-bahaya eksistensial dari perubahan iklim. Kita telah menyaksikan langsung dampak kenaikan suhu, bencana alam, dan kejadian cuaca ekstrem di kawasan kita dan masyarakatnya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa dunia tengah menghadapi ketegangan geopolitik yang meningkat dan kepercayaan strategis yang melemah.

“Garis patahan geopolitik terus mengalami keretakan, kepercayaan strategis semakin menipis, dan titik-titik konflik semakin tajam ... kita harus terus berinvestasi dan menaruh keyakinan pada regionalisme dan multilateralisme. Kita harus terus memperjuangkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, kesetaraan, dan kemanusiaan,” lanjutnya.

24 Pertemuan Tingkat Menteri dan Agenda Bilateral

Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-58 digelar di Malaysia pada 8–11 Juli 2025 dengan mengusung tema kepemimpinan tahun ini: “Inklusivitas dan Keberlanjutan”.

Sebanyak 24 pertemuan tingkat menteri luar negeri dijadwalkan berlangsung, termasuk pertemuan bilateral antara ASEAN dan sejumlah mitra dialog utama seperti Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Empat pertemuan trilateral juga dijadwalkan, melibatkan Malaysia, Sekretariat ASEAN, dan mitra sektoral dari Brasil, Norwegia, Swiss, serta Turki.

Penulis :
Ahmad Yusuf