
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif sebesar 30 persen terhadap seluruh ekspor dari Uni Eropa (UE) pada Sabtu, 12 Juli 2025, yang akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus 2025.
Respon Keras dari Pimpinan dan Negara Anggota UE
Trump menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan koreksi terhadap hubungan dagang yang dinilainya tidak resiprokal antara AS dan UE.
Pengumuman tersebut memicu kemarahan di seluruh blok Uni Eropa dan langsung disambut dengan seruan untuk bertindak tegas dan bersatu.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menilai kebijakan tarif itu akan mengganggu rantai pasokan transatlantik, serta merugikan bisnis dan konsumen di kedua sisi Atlantik.
"UE akan mengambil semua langkah yang diperlukan, termasuk tindakan balasan yang proporsional jika diperlukan," ungkapnya.
Ketua Komite Perdagangan Internasional Parlemen Eropa, Bernd Lange, menyebut surat resmi dari AS "lancang dan mengecewakan" serta mendesak agar balasan disiapkan segera pada Senin, 14 Juli 2025.
Presiden Dewan Eropa Antonio Costa memperingatkan bahwa tarif ini berpotensi mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan ketidaksetujuannya yang kuat dan menyerukan penyusunan langkah antikoersi sebagai bentuk pertahanan.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengecam tarif sebagai bentuk eskalasi sepihak dan menegaskan bahwa UE siap membalas jika diperlukan.
"Konflik perdagangan seperti ini akan merugikan semua pihak, terutama konsumen Amerika sendiri," katanya.
Perdana Menteri Ceko Petr Fiala menyatakan bahwa Uni Eropa harus tetap bersatu dan menunjukkan tekad dalam membela kepentingannya.
Kekhawatiran Industri dan Dampak Ekonomi Langsung
Sejumlah asosiasi industri utama Eropa menyatakan kekhawatiran mendalam terhadap dampak kebijakan ini.
Asosiasi Industri Jerman (BDI) menyebut tarif tersebut sebagai sinyal alarm yang dapat mengguncang pemulihan ekonomi dan merusak inovasi.
"Tarif ini meningkatkan biaya, mengancam lapangan kerja, dan menurunkan daya saing internasional," ujar Wolfgang Niedermark dari BDI.
Isabel Schnabel, anggota dewan Bank Sentral Eropa (ECB), memperingatkan bahwa kebijakan tersebut bisa memicu inflasi jangka menengah dan memperburuk gangguan rantai pasokan.
Sektor otomotif menjadi salah satu yang langsung terdampak.
Slovakia melaporkan penurunan pesanan signifikan pada kuartal ketiga dan menyebut relokasi produksi ke AS tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.
Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) melaporkan bahwa biaya tambahan yang ditanggung produsen akibat tarif telah mencapai miliaran dolar AS dan terus meningkat.
Presiden VDA Hildegard Mueller menyayangkan adanya sinyal eskalasi lebih lanjut dari konflik perdagangan ini.
Di Italia, Presiden Confindustria Emanuele Orsini menyebut langkah Trump sebagai tindakan yang "tidak menyenangkan".
Paolo Mascarino dari Federasi Industri Makanan dan Minuman Italia (Federalimentare) menilai tarif tersebut telah melewati ambang toleransi dan akan berdampak besar terhadap ekspor.
Ekonom senior dari Institute of International and European Affairs, Dan O'Brien, menyebut kebijakan ini sebagai tindakan provokatif yang memperbesar risiko konfrontasi ekonomi besar antara AS dan Uni Eropa.
- Penulis :
- Aditya Yohan