
Pantau - Pemerintah China menyatakan dukungan penuh terhadap upaya penyelesaian krisis Ukraina melalui jalur dialog dan negosiasi, menyusul serangkaian pertemuan diplomatik yang difasilitasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan para pemimpin terkait.
Pernyataan resmi disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa, 19 Agustus 2025.
China Tegaskan Prinsip dan Peran Aktif dalam Diplomasi Ukraina
Mao Ning mengatakan bahwa China mendukung langkah Trump yang menggelar pertemuan terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan para pemimpin Eropa untuk mendorong penyelesaian damai.
“China yakin bahwa dialog dan negosiasi merupakan satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis Ukraina, dan mendukung semua upaya yang kondusif bagi perdamaian,” ungkapnya.
Mao menegaskan bahwa China tidak menciptakan krisis Ukraina dan bukan pihak yang terlibat langsung, namun tetap memegang posisi objektif dan adil sejak awal, serta aktif mendorong solusi damai.
Ia juga menyampaikan empat prinsip penyelesaian konflik yang pernah dikemukakan oleh Presiden Xi Jinping, yaitu penghormatan atas kedaulatan setiap negara, kepatuhan pada Piagam PBB, keseriusan terhadap isu keamanan semua negara, dan dukungan terhadap segala upaya damai.
Menurut Mao, prinsip-prinsip tersebut menjadi semakin relevan di tengah dinamika konflik yang terus berubah.
China Bentuk Grup Sahabat Perdamaian dan Aktif Lakukan Diplomasi
China disebut telah menerbitkan kertas posisi terkait krisis Ukraina dan mengirimkan perwakilan khusus dalam berbagai putaran diplomasi ulang-alik.
Selain itu, China meluncurkan Group of Friends for Peace di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendorong penyelesaian damai yang adil dan objektif.
“China siap, mengingat keinginan pihak-pihak terkait dan bersama dengan komunitas internasional lainnya, untuk terus memainkan peran konstruktif bagi penyelesaian politik krisis ini,” ujarnya.
Namun, saat ditanya apakah Presiden Xi Jinping akan berbicara langsung dengan Vladimir Putin dalam waktu dekat, Mao tidak memberikan jawaban.
Trump Fasilitasi Langkah Damai, Ukraina Siap Bahas Wilayah
Presiden Trump telah menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat, 15 Agustus, di Alaska.
Ia juga menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta para pemimpin Eropa di Gedung Putih pada Senin, 18 Agustus.
Pertemuan tersebut membahas langkah diplomatik untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.
Zelenskyy menyatakan kesiapannya untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Putin, termasuk membahas isu teritorial secara langsung.
Ia juga mengungkapkan bahwa akan ada jaminan keamanan formal untuk Ukraina dalam 7 hingga 10 hari, mencakup paket bantuan senjata dari AS senilai 90 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.463 triliun, termasuk pesawat dan sistem pertahanan udara.
“Isu teritorial kami diskusikan menggunakan peta, tanpa membaca dari kertas catatan,” ujar Zelenskyy.
Trump menyampaikan bahwa hasil pembicaraannya dengan Zelenskyy dan para pemimpin Eropa telah ia teruskan kepada Putin.
“Setelah pertemuan, saya menghubungi Presiden Putin, dan memulai pengaturan pertemuan, di lokasi yang akan ditentukan, antara Presiden Putin dan Presiden Zelenskyy. Setelah pertemuan itu, kami akan mengadakan Trilat, yang akan dihadiri oleh kedua Presiden, ditambah saya sendiri,” ungkap Trump.
Eropa Dukung Pertemuan Trilateral, Tegaskan Kedaulatan Ukraina
Dalam pertemuan di Gedung Putih, hadir sejumlah pemimpin Eropa, yakni Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Presiden Finlandia Alexander Stubb, serta Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.
Dalam pernyataan bersama, mereka menyatakan siap mendukung pertemuan puncak trilateral antara Trump, Zelenskyy, dan Putin.
Para pemimpin Eropa juga menegaskan bahwa Ukraina berhak membuat keputusan terkait wilayahnya sendiri, dan bahwa “batas-batas internasional tidak boleh diubah dengan paksa.”
- Penulis :
- Aditya Yohan