
Pantau - China menggelar parade militer akbar di pusat kota Beijing pada Rabu, 3 September 2025, untuk memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II.
Parade dipusatkan di Lapangan Tian’anmen dengan struktur megah menyerupai Tembok Besar yang melambangkan keberanian dan solidaritas bangsa China melawan agresi asing.
Presiden Xi Jinping, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis China dan Ketua Komisi Militer Sentral, memimpin jalannya parade sekaligus meninjau pasukan.
Xi berdiri di mimbar Tian’anmen bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, serta lebih dari 20 pemimpin negara lainnya.
Perwakilan negara-negara sekutu China dalam Perang Dunia II, termasuk Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Kanada, turut hadir dalam peringatan tersebut.
Dalam pidatonya, Xi menegaskan kemenangan 80 tahun lalu adalah kemenangan mutlak pertama China melawan agresi asing di era modern.
"Umat manusia kembali dihadapkan pada pilihan antara damai atau perang, dialog atau konfrontasi, dan hasil yang saling menguntungkan atau permainan menang-kalah (zero-sum)," ungkap Xi.
Xi juga menyerukan kepada semua negara untuk "menyingkirkan akar penyebab perang dan mencegah terulangnya tragedi historis."
Pertunjukan Kekuatan Militer dan Pesan Perdamaian
Lebih dari 10.000 personel militer, 100 pesawat tempur, dan ratusan persenjataan darat ikut serta dalam parade dengan formasi komando perang.
Helikopter terbang melintas membawa spanduk bertuliskan "Keadilan Berjaya", "Perdamaian Berjaya", dan "Rakyat Berjaya".
Pasukan berbaris rapi dengan wajah penuh keyakinan, sementara tank, artileri, serta senjata modern dipamerkan di hadapan para tamu undangan.
Parade ini juga menampilkan 80 spanduk untuk menghormati unit-unit militer heroik, menekankan peran China sebagai negara pertama yang melawan fasisme sejak 1931.
Sistem persenjataan baru hasil reformasi militer di bawah kepemimpinan Xi diperkenalkan untuk pertama kalinya, termasuk intelijen nirawak, counter-unmanned equipment (C-UAS), rudal hipersonik, senjata berenergi terarah, sistem jamming elektronik, dan persenjataan strategis berjangkauan global.
Untuk pertama kalinya, pasukan penjaga perdamaian PBB asal China ikut serta dalam parade Hari Kemenangan.
"Kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan perdamaian yang ditempa dengan darah para pendahulu kita," kata Shao Xiaoguang, anggota pasukan yang pernah bertugas di Republik Demokratik Kongo.
Sejumlah warga juga menyampaikan kebanggaan mereka.
"Delapan puluh tahun yang lalu, kita bangkit kembali. Delapan puluh tahun kemudian, kita berkembang dengan vitalitas yang bahkan lebih besar," kata Lyu Shouye, mahasiswa pascasarjana bidang kecerdasan buatan.
"Sekarang negara kita telah mencapai tahap di mana kita perlu memikul tanggung jawab yang lebih besar," tambahnya.
China menetapkan 3 September sebagai Hari Kemenangan setelah Jepang resmi menyerah pada 2 September 1945.
Selain mengenang sejarah, parade ini juga menegaskan komitmen China terhadap pembangunan damai serta perjalanan baru menuju modernisasi penuh pada 2035.
- Penulis :
- Leon Weldrick
- Editor :
- Tria Dianti