Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

India dan AS Gelar Pembicaraan Dagang di Tengah Ketegangan Tarif 50 Persen

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

India dan AS Gelar Pembicaraan Dagang di Tengah Ketegangan Tarif 50 Persen
Foto: Ilustrasi Amerika Serikat dan India (sumber: Anadolu)

Pantau - India dan Amerika Serikat pada Selasa, 16 September 2025, melanjutkan pembicaraan dagang di New Delhi di tengah ketegangan akibat tarif 50 persen yang diberlakukan pemerintahan Donald Trump terhadap barang dari India.

Pertemuan Perdana Pasca Kebijakan Tarif

Tayangan televisi memperlihatkan Asisten Perwakilan Dagang AS Brendan Lynch tiba di Kementerian Perdagangan dan Industri India untuk bertemu dengan mitranya dari India, Rajesh Agarwal.

Lynch sebelumnya telah tiba di New Delhi pada Senin malam, 15 September 2025, untuk membahas kesepakatan dagang India-AS.

Pertemuan ini menjadi tatap muka pertama sejak Presiden Trump memberlakukan kebijakan tarif pada Agustus 2025.

Awalnya AS mengenakan tarif 25 persen terhadap impor India, kemudian meningkat menjadi 50 persen sebagai tanggapan atas keputusan India tetap membeli minyak dari Rusia di tengah perang Ukraina.

Menjelang pertemuan, penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro menyebut India sebagai "maharaja tarif" namun kini "datang ke meja perundingan."

Navarro mengatakan, "Perusahaan kilang India langsung bekerja sama dengan kilang Rusia setelah invasi. Mereka meraup keuntungan dari kami melalui perdagangan yang tidak adil dan banyak pekerja dirugikan. Mereka menggunakan uang itu untuk membeli minyak Rusia, sementara Rusia memanfaatkannya membeli senjata," ungkapnya.

Respons Trump dan Modi

Trump pekan lalu menyatakan Washington dan New Delhi terus melanjutkan negosiasi untuk mengatasi hambatan dagang.

Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri India Narendra Modi menyebut India dan AS sebagai "sahabat dekat dan mitra alami," serta mengatakan dirinya "yakin bahwa negosiasi dagang akan membuka jalan bagi terwujudnya potensi tanpa batas dari kemitraan India-AS," ujarnya.

Sebelumnya, India menyebut pungutan tambahan dari AS sebagai "tidak adil, tidak berdasar, dan tidak masuk akal."

Data pemerintah AS menunjukkan perdagangan barang dan jasa antara AS dan India pada 2024 diperkirakan mencapai 212,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp3,48 kuadriliun.

Penulis :
Leon Weldrick
Editor :
Tria Dianti