
Pantau.com - Kaisar Jepang Akihito, akan turun tahta pada akhir April. Dalam peringatan 30 tahun penobatannya pada hari Minggu (24 Februari 2019), ia menyerukan agar Jepang membuka dan menjalin hubungan dengan negara luar.
Raja berusia 85 tahun itu, menjadi simbol perdamaian dan rekonsiliasi setelah kematian ayahnya Hirohito, yang namanya Jepang berperang di Perang Dunia II, juga menekankan keinginan rekan-rekan Jepangnya untuk perdamaian.
"Saya pikir negara kepulauan kita membuka lebih jauh ke luar di dunia yang terglobalisasi, untuk membangun posisinya sendiri dengan kebijaksanaan dan untuk membangun hubungan dengan negara-negara lain dengan tulus," kata Akihito seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Anemia Otak Akhiri Kepemimpinan Kaisar Jepang Akihito Lebih Cepat
Dia akan mengundurkan diri pada 30 April, akan digantikan oleh Putra Mahkota Naruhito (59). Upacara peringatan penobatan ini dihadiri oleh Permaisuri Michiko, Perdana Menteri Shinzo Abe dan pejabat tinggi lainnya.
Hubungan Jepang dengan negara tetangga China dan kedua Korea telah lama terganggu oleh warisan masa perang yang pahit dan penjajahan Tokyo di semenanjung Korea tahun 1910-1945.
Hubungan dengan Seoul, khususnya, telah dibekukan oleh perselisihan atas ingatan masa perang dan pertengkaran militer.
Kaisar, yang ayahnya pernah dianggap sebagai dewa yang hidup, didefinisikan oleh konstitusi pasca perang sebagai simbol persatuan, tanpa kekuatan politik, tetapi dihormati secara luas.
Baca juga: Gunakan Kereta, Kim Jong-un dalam Perjalanan ke Vietnam
Akihito, yang sering berbicara tentang perlunya mengingat parahnya perang, mengingat bahwa setelah kematian ayahnya pada tahun 1989, Michiko menulis sebuah puisi tradisional tentang perdamaian.
"Negara ini dipenuhi dengan kata-kata dari semua orang yang berharap untuk membangun era perdamaian bersama," tulis puisi itu.
Beberapa ahli melihat warisan Akihito di bawah ancaman dari agenda konservatif Abe, ketika generasi masa perang berakhir. Abe mengingat kunjungan Akihito ke lokasi pertempuran untuk berdoa bagi perdamaian, dan perjalanan ke luar negeri dan kunjungan ke daerah yang dilanda bencana.
"Sambil mengukir dalam hati kita jalan yang dilalui kaisar, di tengah situasi internasional yang bergejolak, kita bertekad untuk menciptakan masa depan yang bangga bagi Jepang yang cerah dan penuh dengan harapan," katanya.
- Penulis :
- Nani Suherni