
Pantau.com - Operator infrastruktur kereta api Belanda, ProRail, mempertahankan keputusan kontroversialnya untuk menampilkan replika pakaian rusak atau robek yang dikenakan oleh korban tewas dan terluka akibat kecelakaan kereta api.
Ada belasan replika pakaian rusak atau robek yang pernah dikenakan korban tewas atau terluka dalam kecelakaan kereta api ditampilkan secara online sebagai kampanye keselamatan bagi pengguna kereta api.
Tetapi kampanye berjudul 'Victim Fashion' ini melahirkan gelombang kritikan di masyarakat, karena dianggap terlalu mengerikan dan membuat korban luka kesulitan menyembuhkan trauma.
Atas kritikan seperti itu, pihak ProRail mengatakan kepada BBC bahwa langkah seperti itu diperlukan di tengah meningkatnya korban tewas atau terluka akibat kecelakaan kereta api.
Mereka menyebut jumlah korban di dan sekitar rel kereta api di Belanda hampir naik tiga kali lipat sejak 2016, dengan 17 korban meninggal yang tercatat pada tahun lalu.
Baca juga: Menteri Retno 'Curhat' Soal Kepala Sawit ke Menlu Belanda
Seperti apa kampanye 'pakaian korban'?
Pakaian korban kecelakaan kereta api di Belanda (Foto: Prorail)
Dikutip BBC, kampanye itu menampilkan jaket, kemeja, gaun, dan item pakaian lainnya yang robek atau rusak. Mereka mempromosikannya dengan menyertakan slogan "Victim fashion, dibuat secara tidak sengaja".
Foto-foto item pakaian yang rusak itu, yang ditampilkan di situs ProRail, diberi keterangan tertuli tentang apa yang terjadi pada orang yang mengenakannya.
Misalnya, ada keterangan foto yang menyebutkan bahwa pakaian robek itu milik seorang remaja berusia 14 tahun yang terluka tertabrak kereta api setelah berusaha mengambil telepon selulernya di rel kereta. Kini dia masih terbaring koma.
Ada pula tampilan gaun berwarna oranye yang dikenakan gadis berusia 15 tahun. Dia terlindas kereta setelah mengikuti teman-temannya melintasi rel kereta, walaupun palang pintu kereta sudah ditutup. Dia tidak tahu kereta tengah melintas.
Baca juga: Secuil Cerita Greg Norman, Pemangsa Nomor Wahid Hiu Martil Raksasa
Kritikan atas kampanye ini
Pakaian korban kecelakaan kereta api di Belanda (Foto: Prorail)
Salah-seorang pimpinan infrastruktur Belanda, Stientje van Veldhoven mengatakan kampanye itu tidak perlu seekstrim itu, sementara Kepala operator kereta api Belanda NS Marjan Rintel mengatakan kampanye seperti itu penting, namun pendekatannya kurang tepat.
"Saya merasa terkejut, dan tidak senang, serta kengerian yang kami tujukan kepada pihak manajemen ProRail," katanya.
Sementara seorang pengguna kereta api menulis di media sosial bahwa kampanye seperti itu akan membawa kembali kenangan buruk atas kejadian kecelakaan.
"Saya menghabiskan enam bulan terakhir untuk menemui seorang psikolog setelah tabrakan. Saya mengira sudah bisa mengatasinya. Ini kesalahan besar," tulisnya.
Baca juga: Dituduh Lukis 30 Grafiti di Kereta Jepang, Pria Asal Australia Ditahan
Orang-orang yang mengaku sebagai penyintas kecelakaan kereta api juga mengecam kampanye tersebut.
Juru bicara ProRail, Jaap Eikelboom mengatakan kampanye konfrontatif itu terus berjalan. Dia mengatakan kepada BBC bahwa ProRail menghabiskan sekitar setahun untuk merencanakan kampanye itu dan menyadari akan melahirkan pro-kontra di masyarakat.
"Jika anda melakukan kampanye yang konfrontatif, selalu ada orang yang bersikap negatif dan positif," katanya.
"Kami pikir kampanye ini berhasil karena orang-orang kemudian mendiskusikannya. Jika kami tidak menampilkan foto-foto seperti itu kepada mereka, kecelakaan kereta api akan terus terjadi," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni