
Pantau.com - Sepuluh hari setelah Indonesia mengadakan Pemilu terbesar di dunia, lebih dari 270 pengawas pemilu telah meninggal dunia, yang sebagian besar berhubungan dengan kelelahan akibat jam kerja yang panjang dalam menghitung jutaan kertas pemungutan suara dengan tangan, Minggu, 28 April 2019.
Pemilu pada 17 April 2019 merupakan pemilu pertama Indonesia yang diikuti oleh 260 juta orang dalam pemilihan presiden dan parlemen, dengan tujuan untuk memangkas biaya.
Pemungutan suara yang sebagian besar diklaim damai dan menarik 80 persen dari total 193 juta pemilih, yang masing-masing memilih hingga lima surat suara dengan jumlah 800.000 TPS.
Baca juga: Jokowi-Ma'ruf Ungguli Prabowo-Sandi di Johor Bahru Malaysia
Pemungutan suara selama delapan jam di sebuah negara yang membentang lebih dari 5.000 km dari Barat ke Timur, bukanlah hal yang mudah dan pekerjaan yang mematikan bagi para pengawas pemilu, yang harus mennghitung surat suara dengan tangan.
Sekitar 272 pengawas pemilu telah meninggal dunia, sebagian besar karena penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan menjaga TPS. Sementara itu, sekitar 1.878 orang jatuh sakit, kata juru bicara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Priyo Susanto, Sabtu, 27 April 2019.
Kementerian Kesehatan mengeluarjan surat edaran pada 23 April 2019 yang mendesak fasilitas kesehatan untuk memberikan perawatan maksimal bagi para pengawas pemilu yang sakit. Sementara itu, Departemen Keuangan akan memberikan kompensasi untuk para keluarga korban.
Baca juga: Kata Presiden China di Hadapan Jusuf Kalla Soal Pemilu Indonesia
"KPU tidak bijaksana dalam mengelola beban kerja para staf," kata Wakil Ketua Kampanye Calon Presiden Prabowo Subianto, Ahmad Muzani, seperti dikutip Reuters, Senin (29/4/2019).
Kedua kandidat telah menyatakan kemenangan, meskipun hitungan cepat menyebutkan pasangan Jokowi-Ma'ruf telah memenangkan pemilu 2019. KPU akan mengumumkan perhitungan suara pemilihan presiden dan parlemen pada tanggal 22 Mei mendatang.
- Penulis :
- Noor Pratiwi