Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

OPCW Resmi Luncurkan Investigasi Pertama Dugaan Senjata Kimia di Suriah

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

OPCW Resmi Luncurkan Investigasi Pertama Dugaan Senjata Kimia di Suriah

Pantau.com - Sebuah tim yang didirikan oleh Pengawas Senjata Kimia Global resmi melakukan investigasi atas dugaan adanya penggunaan senjata kimia terlarang dalam perang sipil di Suriah, termasuk di Kota Douma.

Melansir Reuters, Kamis (11/7/2019), Organisasi Pelanggaran Senjata Kimia (OPCW) dibentuk pada 1996 sebagai badan teknis untuk menegakkan perjanjian non-proliferasi global. Hingga saat ini, tim tersebut mengatakan kemungkinan serangan kimia telah terjadi di negara konflik itu.

Juni lalu, Tim Investigasi dan Identifikasi (ITT) didirikan oleh anggota OPCW di negara itu dalam sesi khusus. Saat ini, investigasi dalam pertama akan dilakukan hingga tiga tahun mendatang di Suriah. Dalam dokumen yang diedarkan ke negara anggota OPCW, yang dikutip oleh Reuters, mengatakan tim telah mengidentifikasi daftar sementara insiden yang memfokuskan investigasi di tahun 2014 dan 2018.

Investigasi dipimpin oleh Inggris dengan 10 anggota, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun, investigasi itu ditentang oleh Rusia, Iran, dan Suriah.

Baca juga: Suriah Tepis Temuan OPCW Soal Serangan Kimia Beracun pada April 2018

Suriah telah menolak untuk mengeluarkan visa bagi anggota tim. Namun, Kepala OPCW Fernando Arias mengatakan, negara dari masing-masing anggota telah menerbitkan izin sejak bulan lalu.

Pada 7 April 2018, terdapat laporan kematian warga sipil usai serangan terhadap Kota Douma, yang pada saat itu dipegang oleh pemberontak dan dikepung oleh pasukan pro-pemerintah.

Presiden AS Donald Trump menyalahkan serangan terhadap pasukan Suriah dan melancarkan serangan rudal dengan target pemerintah Suriah seminggu kemudian dengan dukungan Perancis dan Inggris.

Pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan pendukung militer Rusia menyangkal menggunakan senjata kimia dan menuduh pemberontak melancarkan serangan untuk melibatkan pasukan Suriah.

Sarin, Klorin

Suriah bergabung dengan Konvensi Senjata Kimia di 2013, menyetujui membuka diri untuk inspeksi OPCW dan menghindari ancaman dari tindakan militer oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Sebagai bagian dari kesepakatan dengan Rusia, Suriah berjanji untuk menghancurkan kemampuan senjata kimianya secara menyeluruh. Namun serangan terhadap amunisi itu telah meluas selama perang saudara yang dimulai pada 2011.

Tim bersama OPCW-PBB untuk Suriah sebelumnya telah menyimpulkan bahwa rezim Suriah telah menggunakan agen saraf sarin dan klorin, membunuh, dan melukai ratusan warga sipil.

Baca juga: AS Klaim Rezim Bashar al-Assad Gunakan Senjata Kimia di Suriah

Tim tersebut dibubarkan pada November menyusul veto Rusia di Dewan Keamanan PBB. Langkah itu meningkatkan ketegangan antara Moskow dan kekuatan Barat atas penggunaan senjata kimia di Suriah. 

Selain di Douma, tim akan menyelidiki; dua serangan di Al-Tamanah, terletak di wilayah barat laut Idlib, di 2014; satu serangan di Kafr-Zita, serangan di Marea, Utara Allepo, di 2015; tiga serangan di Ltamenah dan di Hama, 2017; satu serangan di Saraqib, dan 2018 di Idlib.

OPCW menyimpulkan dalam laporan 1 Maret bahwa serangan senjata kimia terjadi di Douma, kemungkinan besar dengan paparan klorin.

Pada tahun ini, Suriah belum sepenuhnya mengungkapkan program senjata kimia atau menjelaskan mengapa Inspektur terus menemukan jejak kimia mereka di beberapa lokasi. Suriah telah mengakui, setelah lebih dari lima tahun, melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, namun tidak mengakui memiliki agen saraf.

Penulis :
Noor Pratiwi