Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Usai Heboh Nasi Padang Babi, Sekarang Geger Nasi Gurih Aceh Dendeng Babi

Oleh Aries Setiawan
SHARE   :

Usai Heboh Nasi Padang Babi, Sekarang Geger Nasi Gurih Aceh Dendeng Babi
Pantau - Kehebohan masakan Padang berbahan daging babi belum usai, kini muncul warung makan nasi gurih Aceh yang juga menawarkan lauk babi. Dari dendeng babi sampai sate babi.

Gerai nasi guruh Aceh itu berada di kawasan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. Kuliner khas bumi Serambi Mekah itu ada juga yang dijual secara online.

Muhammad Raji Firdana, seorang wiraswasta muda asal Aceh, membagikan pengalamannya mendapati masakan nasi gurih menyajikan daging babi. Pengalamannya ini dibagikan di akun Facebook Muhammad Raji Firdana, disertai foto nasi gurih dendeng babi.

Ketika sedang di Jakarta, Raji bersama keluarga mencari sarapan pagi. Datanglah mereka ke warung makan khas Aceh langganannya di Pluit yakni Nasi Gurih Pak Zul. Namun, saat itu warung makan langganannya tersebut tutup. Raji pun mencari warung makan alternatif melalui Google.

"Singkat cerita, hasil dari gugling ketemulah @nasi_uduk_aceh77 yang lokasi masih seputaran Pluit juga," kata Raji dalam unggahannya di Facebook, dikutip Pantau.com, Selasa (14/6/2022).

Sambil buru-buru, Raji dan keluarga langsung ke lokasi Pasar Muara Karang. Setiba di rumah makan itu, Raji tidak curiga sama sekali karena brand yang dimunculkan 'Nasi Uduk Aceh'.

"Tapi pas ngeliat dendengnya punya warna yang unik dan beda dengan dendeng yang biasa kita lihat di Aceh, kita tanya. Awalnya enggak dijawab, malah pelanggan di situ yang jawab. Rupanya bener aja, dendeng yang dijual rupanya enggak halal dan berbahan dasar babi," ujarnya.

[caption id="attachment_244359" align="alignnone" width="385"]Nasi gurih Aceh mengandung babi. (Facebook) Nasi gurih Aceh mengandung babi. (Facebook)[/caption]

"Seingat saya malah karyawan di situ ada yang pakai jilbab. Setelah itu kita langsung pulang dan cari sarapan di tempat lain," katanya.

Ranji mengkritisi brand Aceh pada warung makan tersebut. Dia menilai kurang bijak dan arif produk non halal disandingkan dengan kata Aceh.

"Sekali lagi, saya lahir dan besar juga di lingkungan teman-teman non muslim. Jadi saya tidak mempermasalahkan usaha makanan non halalnya, tapi menempatkan nama Aceh yang identik dengan keislamanan dan kehalalannnya yang disandingkan dengan makanan non halal, saya pikir kurang bisa diterima masyarakat Aceh khususnya," jelasnya.
Penulis :
Aries Setiawan