
Pantau - Platform media sosial seperti Instagram, dipenuhi dengan kegiatan olahraga di gym, makanan sehat, dan gambar kecantikan dalam estetika yang 'sempurna'.
Namun, upaya untuk mencapai gaya hidup sehat yang sempurna harus dibayar mahal. Satu kekhawatiran adalah bahwa upaya ini berkontribusi pada peningkatan pola makan sehat secara kompulsif, atau yang dikenal sebagai orthorexia.
Penerimaan rumah sakit di Inggris untuk pengobatan gangguan makan telah meningkat sebesar 84 persen selama lima tahun terakhir. Gangguan makan ditandai dengan hubungan yang tidak sehat dengan makanan, berat badan, dan bentuk tubuh. Hubungan ini sering digabungkan dengan kebiasaan olahraga disfungsional.
Orthorexia adalah fiksasi patologis dengan nutrisi yang tepat yang menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan gangguan fungsi psikososial. Komentar populer menggambarkan orthorexia sebagai perilaku mengejar diet yang sempurna.
Gangguan makan ini ditandai dengan pola makan yang kaku dan tidak fleksibel yang dipaksakan sendiri dan dikontrol dengan ketat. Orthorexia belum diakui sebagai gangguan makan klinis dalam kriteria diagnostik formal.
Namun, diagnosis sementara bergantung pada durasi gejala yang dialami seseorang, biasanya enam bulan lebih.
Kepribadian dapat membuat seseorang rentan mengalami gangguan makan. Ciri-ciri kepribadian menggambarkan bagaimana seseorang berpikir, merasakan, berperilaku, dan berhubungan dengan orang lain.
Perfeksionisme adalah ciri kepribadian yang ditandai dengan menetapkan standar yang terlalu tinggi dan menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri. Perfeksionis berjuang untuk kesempurnaan. Perfeksionisme diakui sebagai faktor risiko gangguan makan.
Melansir dari withinhealth, berikut ini beberapa gejala Orthorexia yang dialami seseorang!
1. Terobsesi dengan influencer gaya hidup sehat di media sosial
2. Mengalami rasa bersalah atau kecemasan yang ekstrim saat mengonsumsi makanan yang dianggap kurang sehat
3. Secara kompulsif memeriksa label nutrisi dan daftar bahan
4. Mengalami tekanan emosional saat makanan sehat tidak tersedia
5. Terobsesi dengan perencanaan, persiapan, dan konsumsi makanan “bersih"
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari