
Pantau - Sindroma Alice in Wonderland atau Alice in Wonderland Syndrome (AIWS) mengubah persepsi visual seseorang dan bahkan dapat mendistorsi rasa realitas mereka. Dalam kebanyakan kasus, hal ini bersifat sementara. Kabar baiknya adalah, sindroma itu bukanlah sesuatu yang berbahaya dengan sendirinya.
Sindrom yang dinamai dengan tepat (merujuk pada cerita anak-anak terkenal tulisan Lewis Carroll) ini dikatakan langka. Namun, bisa jadi demikian karena fakta bahwa penelitiannya terbatas. Kemudian dalam banyak kasus, bisa jadi tidak dilaporkan bahkan disalahpahami.
Para ahli mengatakan, sindroma ini biasanya dianggap sebagai masalah penglihatan bahkan halusinasi, padahal sebenarnya bukan keduanya.
Sebaliknya, ahli saraf kognitif dan direktur pendiri Penn Center for Neuroaesthetics Anjan Chatterjee, MD, mengatakan AIWS adalah "distorsi sensorik". Dia menjelaskan hal ini sering muncul dalam bentuk mikropsia, di mana objek visual dianggap lebih kecil dari aslinya, atau makropsia, di mana objek visual dianggap lebih besar dari aslinya.
Sementara litu, ahli saraf di Klinik Cleveland MaryAnn Mays, MD, yang berspesialisasi dalam pengobatan sakit kepala, mengatakan beberapa laporan juga mengindikasikan AIWS dapat menyebabkan distorsi lain seperti objek di ruangan yang terlihat datar (dua dimensi) atau ruangan yang tampak miring.
Beberapa orang bahkan melaporkan rasa waktu yang terdistorsi seperti segala sesuatu terasa dipercepat atau diperlambat.
“Bisa juga ada perasaan depersonalisasi selama episode, di mana seseorang mungkin merasa seperti melihat ke bawah pada diri mereka sendiri seolah-olah terlepas dari tubuhnya,” lanjut Mays dilansir Parents.com.
Meskipun tampaknya lebih sering terjadi pada anak-anak, Chatterjee mengatakan orang dewasa juga dapat mengalami AIWS. Faktanya, menutut Mays, mungkin saja orang dewasa juga sama seringnya mengalami AIWS tetapi merasa tidak nyaman membicarakannya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, AIWS mungkin juga merupakan hasil dari sesuatu yang lebih serius seperti tumor otak, tetapi biasanya disertai dengan gejala terkait tumor lainnya seperti kesulitan berjalan atau berbicara.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari