
Pantau - Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno menandatangani sebuah dokumen yang kemudian dikenal sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Dokumen ini secara resmi menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto, yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat Indonesia.
Supersemar menjadi salah satu momen yang paling kontroversial dalam sejarah Indonesia, karena tindakan tersebut secara efektif menggulingkan Sukarno dari kekuasaan.
Selain itu, Supersemar juga dianggap membuka jalan bagi pemerintahan militer yang dipimpin oleh Soeharto yang akan berkuasa selama lebih dari tiga dekade.
Latar belakang terjadinya Supersemar akibat munculnya situasi politik yang sangat tegang pada masa itu.
Pada awal tahun 1960-an, Indonesia menghadapi berbagai tantangan politik, ekonomi, dan sosial, termasuk konflik antara partai-partai politik, meningkatnya ketegangan antara faksi militer, serta krisis ekonomi yang melanda negara ini.
Dalam konteks ini, Presiden Sukarno mengeluarkan kebijakan politik 'Konfrontasi' terhadap Malaysia dan menggalakkan Gerakan Non Blok, yang memperkeruh hubungan Indonesia dengan negara Barat. Kondisi ini semakin memperbesar ketegangan di dalam negeri.
Pada 1965, situasi semakin memanas dengan terjadinya percobaan kudeta yang gagal, yang dikenal sebagai Gerakan 30 September atau G30S. Kudeta tersebut diduga melibatkan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan anggota militer.
Dalam keadaan kacau setelah percobaan kudeta, Jenderal Soeharto mengambil inisiatif untuk menumpas PKI dan menegakkan kembali keamanan dan ketertiban.
Dalam situasi ini, Supersemar menjadi langkah dramatis yang diambil oleh Sukarno. Meskipun demikian, tujuan sebenarnya dari tindakan tersebut tetap menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Beberapa menganggap bahwa Sukarno telah memberikan mandat kepada Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan demi kestabilan negara, sementara yang lain melihatnya sebagai langkah terdesperasi untuk menyelamatkan diri sendiri.
Apapun interpretasinya, Supersemar secara efektif membuka jalan bagi Soeharto untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan mengakhiri masa pemerintahan Sukarno.
Peristiwa ini akan memiliki dampak yang mendalam dalam sejarah Indonesia, membawa negara ini ke arah yang baru dalam politik, ekonomi, dan sosial.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Muhammad Rodhi