
Pantau - Emma Seppala Ph.D selaku dosen di Yale School of Management mengatakan bahwa manusia menjalani hidup dengan bernapas dan kita bernapas sekitar 20.000 sehari.
Cara kita bernapas memiliki potensi besar dalam berkontribusi pada kesehatan mental, namun banyak orang yang tidak menyadarinya.
Pola pernapasan memengaruhi fungsi banyak area penting di otak, memengaruhi cara kita memandang dunia, berpikir, memperhatikan, mengingat, dan merasakan. Dan cara kita bernapas memengaruhi fisiologi, kesejahteraan, dan fungsi kognitif seperti detak jantung, tekanan darah, emosi, dan ingatan.
Ketika kita mengubah cara bernapas, neuron akan merespons ritme napas kita sehingga dapat mengontrol aktivitas sel otak kita.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa emosi yang berbeda dikaitkan dengan pola pernapasan yang berbeda, maka itu seringkali napas terasa cepat saat dan tidak bisa terkontrol saat merasa marah.
Memperlambat ritme napas dapat memulai relaksasi dan menenangkan detak jantung dan menstimulasi saraf vagus, yang berjalan dari batang otak ke perut dan merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis. Sehingga kita akan mulai tenang dan merasa lebih baik.
Adapun cara untuk mengatur emosi dengan teknik pernapasan menurut Seppala yaitu dengan tarik napas hingga paru-paru terasa penuh (misalnya hingga empat hitungan), lalu saat menghembuskan napas, cobalah menghembuskan napas lebih lama dari saat menarik napas, idealnya satu setengah atau dua kali lebih lama.
- Penulis :
- Latisha Asharani