billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Apa yang Terjadi pada Otak saat Kita Jatuh Cinta?

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Apa yang Terjadi pada Otak saat Kita Jatuh Cinta?
Foto: Ilustrasi. (Freepik)

Pantau - Seringkali kita merasakan bahwa saat jatuh cinta, rasionalitas dan logika tiba-tiba hilang. Emosi terasa naik turun juga adanya perubahan perilaku.

"Cinta adalah perasaan yang kuat, dan sering kali sedikit berbeda tergantung pada apa yang diberikan atau diterima seseorang dari orang yang mereka cintai," kata Heidi Moawad, MD, editor asosiasi Neurologi dan Asisten Profesor Klinis di Case Western Reserve University, sebagaimana dikutip dari Verywell Mind.

“Misalnya, cinta keibuan sering kali bersifat protektif. Dan cinta romantis pada akhirnya juga akan bersifat protektif seiring orang-orang semakin dekat satu sama lain dan saling memahami kelemahan masing-masing, tetapi biasanya tidak seperti itu awalnya.” tambahnya

Jatuh cinta memang bisa menjadi pengalaman yang mendebarkan dan emosional, namun apa yang sebenarnya terjadi pada otak saat kita jatuh cinta?

Perubahan kompleks dalam otak menjadi alasan mengapa kita merasakan kombinasi memabukkan antara kerinduan, hasrat, dan kegembiraan saat jatuh cinta. Para ilmuwan telah membuat penemuan penting tentang apa yang terjadi pada tingkat neurologis saat kita jatuh cinta pada orang lain.

Baca juga: Ciri-ciri Orang Jatuh Cinta Berdasarkan Golongan Darah

Terdapat banyak teori berbeda tentang apa yang dimaksud dengan cinta, namun ada satu model populer menyatakan bahwa cinta melibatkan nafsu dan ketertarikan. Para peneliti berpendapat bahwa setiap elemen melibatkan sistem yang berbed di otak.

"Masing-masing dorongan ini dimediasi oleh wilayah otak yang berbeda—jadi lobus frontal terlibat dalam aspek prososial cinta romantis, dan area tegmental ventral terlibat dalam perasaan penghargaan ketertarikan dan mendapatkan umpan balik positif bahwa seseorang yang Anda sukai juga menyukai Anda," kata Moawad.

Wilayah Otak yang Terlibat dalam Cinta

Berikut adalah wilayah-wilayah otak yang terlibat dalam cinta sebagaimana dilansir dari Verywell Mind:

Wilayah Otak yang Terlibat dalam Nafsu dan Gairah

Perasaan nafsu bersumber dari hipotalamus otak, yaitu struktur kecil seukuran kacang almond yang terletak tepat di atas batang otak. Hal Hipotalamus otak terhubung dengan kebutuhan dan keinginan dasar seperti rasa haus dan lapar. Struktur ini juga mengendalikan proses internal otomatis seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan siklus tidur.  Bagian ini juga memicu pelepasan hormon yang meningkatkan hasrat seksual.

Wilayah Otak yang Terlibat dalam Cinta atau Ketertarikan

Dalam hal percintaan, terdapat dua area otah yan memainkan peran kunci yaitu area tegmental ventral dan nukleus akumbens. Kedua area tersebut memainkan peran penting dalam sistem penghargaan otak yang mana sistem tersebut membanjiri tubuh dengan dopamin, neurotransmitter yang menghasilkan perasaan euforia dan kesenangan.

Inilah yang menyebabkan tahap awal cinta bisa terasa begitu menggairahkan dan bahkan membuat ketagihan. Sehingga menciptakan perasaan ingin bersama orang yang dicintai sepanjang waktu.

Baca juga: Secara Medis, Jatuh Cinta Bisa Bikin Imunitas Meningkat

Wilayah Otak yang Terlibat dalam Keterikatan

Lebih dari sekedar ketertarikan, cinta juga melibatkan keterikatan atau komitmen yang juga dipengaruhi oleh hipotalamus. Hal ini karena area hipotalamus mengeluarkan zat kimia yang berperan dalam menumbuhkan kepercayaan dan ikatan emosional.

Wilayah Otak Lain yang Terlibat dalam Cinta

Wilayah otak lain yang juga berperan dalam percitaan adalah amigdala yang membantu memproses emosi yang kita alami. Saat jatuh cinta pada seseorang, wilayah otak ini cenderung melambat. Sehingga inilah yang mungkin menjelaskan mengapa kita terkdang mengabaikan tanda-tanda bahaya khususnya pada awal-awal percintaan.

Selain hipotalamus, neurotransmitter juga memainkan peran dalam percintaan. Neurotransmitter merupakan pembawa pesan kimiawi di otak, sehingga memengaruhi perilaku dan emsi yang kompleks. 

Pembawa pesan ini memengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai cara, terutama dalam percintan. Oksitosin, "hormon pelukan," mendorong ikatan sosial, sementara testosteron memengaruhi hasrat seksual. Dopamin, yang lazim dalam ketertarikan seksual, cinta awal, dan hubungan jangka panjang, berinteraksi dengan sistem penghargaan otak. 

Baca juga: Jatuh Cinta Ternyata Bisa Bantu Perkuat Imun

Neurotransmitter lain, seperti norepinefrin dan vasopresin, juga dapat memiliki peran penting dalam percintaan. Proses cinta dan hasrat dapat berdampak besar pada berbagai area otak, membentuk pengalaman kita dan memengaruhi cara kita membentuk hubungan.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa bentuk-bentuk cinta mungkin memiiliki mekanisme neurologis yang sama. Misalnya, satu penelitian menemukan bahwa cinta keibuan dan cinta yang penuh gairah sama-sama meningkatkan aktivitas di area tegmental vetral.

Saat kita jatuh cinta pada seseorang, area otak utama menyala. Area tegmental ventral membanjiri otak dengan dopamin. Sistem penghargaan otak bekerja lebih keras, memproses sensasi penghargaan ini dan menghubungkan luapan gairah dengan emosi kompleks lainnya seperti keterikatan dan empati. Itulah sebabnya seseorang mungkin merasa kecanduan pada orang spesial yang tidak dapat berhenti ia pikirkan. 

Sumber: Verywell Mind

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani