Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Kenali Bahaya Doom Spending, Pentingnya Kelola Keuangan untuk Masa Depan

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Kenali Bahaya Doom Spending, Pentingnya Kelola Keuangan untuk Masa Depan
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Dalam beberapa tahun ini istilah doom spending semakin terdengar dikalangan masyarakat terutama pada saat ekonomi sulit seperti saat ini, di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak dan maraknya pengaruh media sosial, banyak anak muda yang terjebak dalam siklus budaya konsumtif  tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap keuangan pribadi. Doom Spending, merupakan perilaku konsumtif bagi generasi Z dan Milenial yang belanja secara impulsif karena terlalu mengikuti standar hidup media sosial.

Faktor Terjadinya Doom Spending

Salah satu faktor yang memperkuat doom spending di kalangan Gen Z Indonesia adalah mudah stres yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti tekanan pekerjaan atau jenjang karir. Banyak yang beranggapan bahwa dengan menghabiskan uang untuk hal-hal yang diinginkan, akan membuat mereka senang. Padahal, itu hanya pelarian sementara dari stres dan kecemasan. Kebiasaan ini kemudian  mendorong seseorang untuk terus belanja. 

Selain itu, pengaruh media sosial dan fenomena Fear of Missing Out (FOMO)  juga semakin menambah perilaku doom spending kalangan anak muda. Sosial media seperti Instagram dan TikTok menjadi platform utama bagi banyak anak muda untuk mengikuti tren gaya hidup dan mode terbaru.

Baca juga: Ternyata Ini Perbedaan Gen Z dan Milenial Saat Belanja

Dampak Perilaku Doom Spending 

Perilaku belanja sebenarnya bukan sebuah kesalahan, karena setiap manusia pasti memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya untuk bertahan hidup.

Namun, sayangnya banyak orang yang tidak dapat memberikan skala prioritas untuk kebutuhannya sehingga banyak dari kita justru tumbuh sebagai masyarakat yang konsumtif yaitu berbelanja tidak sesuai dengan kebutuhannya yang disebut doom spending dalam jangka panjang, bisa membawa dampak negatif. 

Konsumsi yang didorong oleh ketidakpastian ini sering kali dilakukan tanpa perencanaan yang matang, sehingga dapat memicu masalah keuangan pribadi, seperti utang yang menumpuk dan ketidakstabilan ekonomi rumah tangga. Selain itu, pola belanja yang tidak sehat ini dapat memperburuk krisis jika perekonomian tiba-tiba anjlok dan konsumen mendapati diri mereka tanpa tabungan atau cadangan finansial.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya salah satu dampak dari perilaku doom spending adalah  Utang yang Meningkat, menurut data yang diambil dari Statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2023 nilai pinjaman masyarakat Indonesia ke pinjaman online (pinjol) mencapai Rp47 triliun. Mirisnya lagi kebanyakan pengguna pinjaman online merupakan generasi muda rentan usia 19-34 tahun kelompok usia ini sebagai penyumbang terbesar penerima pinjol sebesar 26, 87 triliun.

Baca juga: Gen Z Bergaji UMR Tak Perlu Ikut Tapera Jika Ingin Beli Rumah, Ini Tipsnya!

Selain berdampak kepada finansial anak muda, doom spending juga dapat memicu stres berkelanjutan, karena mereka hanya terlena dengan kenikmatan sesaat, setelah melakukannya mereka harus menanggung banyak utang akibat tidak dapat membayarnya. Hal ini juga berdampak langsung kepada kepercayaan pihak bank yang menyebabkan anak muda zaman sekarang sulit untuk memiliki aset properti seperti rumah, karena memiliki catatan buruk di perbankan.

Langkah untuk Menghindari Doom Spending

Secara singkat, perilaku konsumtif tidak dapat dihilangkan secara langsung, sehingga perlu adanya langkah secara perlahan. Sebagai mitigasi awal mulai untuk membuat anggaran sesuai dengan skala prioritas, dengan menyusun anggaran mencakup kebutuhan pokok, seperti makan, transportasi dan pendidikan dapat menekan diri kita dari godaan belanja impulsif. Selain itu, penting bagi generasi muda untuk memahami hal yang menjadi pemicu mereka berbelanja, salah satunya yaitu karena mudah emosional. Oleh karena itu, ubah kebiasaan diri dari melihat media sosial dengan membaca berbagai buku. 

Kesimpulan 

Jika perilaku doom spending ini tidak segera diatasi, generasi ini akan semakin sulit mencapai kehidupan yang stabil secara finansial. Karena itu, pentingnya memberikan literasi keuangan kepada generasi zaman sekarang agar pemuda mulai menahan diri dari perilaku konsumtif dan lebih selektif dalam menggunakan fasilitas pinjaman. Bijak dalam cara mengelola keuangan dengan menambah ilmu pengetahuan baru yaitu literasi keuangan, akan membuat kita tahu cara mengelola, menabung dan dan berinvestasi, karena membuat keputusan finansial yang bijak dapat menghindari kita dari perilaku doom spending yang dapat merugikan bagi kita  hari.

Laporan: Bayu Aji Pamungkas 

Penulis :
Latisha Asharani