Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

100 Tahun AA Navis: Sastra Indonesia Menggema di Pusat UNESCO Pari

Oleh Muhammad Rodhi
SHARE   :

100 Tahun AA Navis: Sastra Indonesia Menggema di Pusat UNESCO Pari
Foto: Diskusi tentang pengaruh karya-karya AA Navis terhadap sastra Indonesia modern yang dimoderatori oleh sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris, Romain Bertrand (kanan), sastrawan Indonesia Ayu Utami (tengah), dan sejarawan Hilmar Farid (kiri) di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, pada Kamis (14/11/2024). ANTARA/HO-Badan Bahasa Kemendikdasmen

Pantau - Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris dan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Prancis, memperingati 100 tahun kelahiran sastrawan revolusioner Indonesia, Ali Akbar Navis (AA Navis), pada 14-15 November 2024. Acara yang berlangsung di Kantor Pusat UNESCO, Paris, ini menjadi momentum penting untuk mengangkat sastra Indonesia ke kancah global.

"Melalui acara ini kami berharap bahwa karya-karya Navis dapat dikenal lebih luas di dunia internasional dan menginspirasi generasi mendatang. Peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga upaya untuk menduniakan sastra Indonesia agar terus relevan di kancah global," ujar Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, dalam keterangan resminya, Minggu (17/11/2024).

Baca juga: 10 Karya Sastra Indonesia yang Mendunia, Ada Laut Bercerita

Acara tersebut menghadirkan diskusi mendalam tentang AA Navis, yang dipandu oleh Romain Bertrand, sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris. Diskusi ini menyoroti pengaruh besar Navis dalam sastra Indonesia modern, termasuk karya legendarisnya, Robohnya Surau Kami.

Karya AA Navis: Cerminan Dinamika Sosial 

Hilmar Farid, sejarawan yang menjadi salah satu pembicara, menyoroti keberanian Navis dalam mengangkat isu-isu sosial yang sulit di era 1950-an. "Menurut saya, Navis adalah seorang intelektual yang sangat lengkap. Itulah sebabnya kita memperingatinya sebagai seorang tokoh sastra yang penting. Karya-karyanya bukan sekadar tulisan, melainkan cerminan dari pemikiran mendalam dan keberanian untuk menghadapi berbagai isu yang mungkin sulit diterima oleh masyarakat pada zamannya," ujarnya.

Hilmar juga menegaskan bahwa karya Navis memberikan wawasan baru tentang budaya Minangkabau dan bagaimana tradisi lokal bisa menjadi refleksi isu-isu yang lebih besar. "Ia mampu menyuarakan suara-suara dari akar rumput dan menunjukkan bagaimana kehidupan lokal bisa menjadi refleksi dari isu-isu yang lebih besar," tambahnya.

Sastra Indonesia yang Berubah dan Mendunia 

Penulis Ayu Utami yang turut menjadi pembicara, membahas pergeseran tema dalam sastra Indonesia, dari kehidupan pedesaan yang banyak diangkat oleh Navis, ke kompleksitas kehidupan urban. "Ada pergeseran cerita tentang kehidupan desa ke kehidupan kota yang lebih kompleks. Hal itu menunjukkan bagaimana sastra kita berkembang seiring dengan perubahan masyarakat," kata Ayu.

Hilmar Farid menambahkan bahwa sastra Indonesia kini semakin terhubung dengan isu-isu global dan menjadi bagian dari percakapan lintas negara. "Sastra Indonesia kini tidak hanya berbicara pada lingkup nasional, tetapi juga menjadi bagian dari percakapan global, utamanya melalui isu-isu yang relevan dengan masyarakat di negara-negara bagian selatan," ujarnya.

Menduniakan Sastra Indonesia 

Acara yang dihadiri oleh pecinta sastra, akademisi, pelajar, diaspora Indonesia, dan delegasi tetap UNESCO dari berbagai negara ini menjadi langkah konkret untuk memperluas pengaruh sastra Indonesia. "Navis dengan tajam menyingkap dinamika kehidupan desa dan menyuarakan isu-isu sosial yang relevan hingga kini," ujar Romain Bertrand, sang moderator.

Melalui peringatan 100 tahun AA Navis, sastra Indonesia kembali menunjukkan potensinya untuk mendunia, membuktikan bahwa karya-karya penulis Indonesia mampu menjadi inspirasi lintas budaya dan zaman.

Penulis :
Muhammad Rodhi