
Pantau - Dalam kehidupan, kita mungkin pernah memiliki teman yang dekat selama masa kuliah, tetapi berubah setelah memasuki dunia kerja. Misalnya, seorang teman yang dulunya akrab kini kerap membanggakan diri, meremehkan pendapat, dan tak lagi menunjukkan empati. Perubahan sikap ini sering kali diidentifikasi sebagai tanda arogansi.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan sikap arogan? Mengapa seseorang bisa berubah menjadi demikian? Artikel ini membahas penyebab psikologis di balik sikap arogan serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Arogansi?
Arogansi adalah sikap di mana seseorang merasa dirinya lebih unggul dari orang lain. Sikap ini sering kali diartikan keliru sebagai kepercayaan diri. Padahal, keduanya sangat berbeda. Orang yang arogan cenderung meremehkan orang lain, menonjolkan kelebihannya, dan kurang menghargai perasaan atau pendapat orang di sekitarnya.
Penyebab utamanya bisa beragam, mulai dari rasa tidak aman, harga diri rendah, hingga kebutuhan untuk mendominasi. Arogansi sering dianggap sebagai mekanisme pertahanan untuk menutupi ketakutan atau kelemahan pribadi.
Baca juga: 15 Hal yang Tidak Akan Dilakukan Orang Berkelas di Media Sosial Menurut Psikologi
Penyebab Arogansi
1. Harga Diri Rendah
Orang yang merasa kurang percaya diri atau memiliki ketakutan akan kegagalan sering kali menggunakan sikap arogan untuk menutupi kelemahan mereka. Mereka menciptakan kesan superioritas sebagai cara mengkompensasi kekurangan. Ketakutan seperti dinilai gagal atau tidak memenuhi ekspektasi sosial sering menjadi akar dari sikap ini.
2. Sifat Narcissistic
Sikap arogan sering kali berakar pada sifat narsistik, di mana seseorang merasa dirinya paling penting dan selalu ingin diakui. Mereka sulit menerima kritik dan sering meremehkan orang lain untuk mempertahankan rasa superioritas.
3. Mekanisme Pertahanan
Arogansi juga digunakan sebagai tameng untuk melindungi diri dari rasa rentan. Dalam situasi emosional, mereka sering menunjukkan sikap arogan untuk menjaga kontrol dan kekuasaan atas keadaan.
Bentuk-Bentuk Arogansi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Membanggakan Diri Berlebihan
Orang arogan cenderung hanya membicarakan pencapaian mereka dengan cara yang dilebih-lebihkan. Mereka jarang mengakui kelemahan dan selalu ingin dikagumi.
Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Orang Sulit untuk Berubah Menurut Psikologi
2. Kebutuhan Akan Pengakuan
Sikap arogan sering disertai dengan kebutuhan konstan untuk dihormati. Ketika pendapat mereka diragukan, mereka bisa menjadi agresif atau mudah tersinggung.
Dampak Negatif Arogansi
1. Hubungan yang Rusak
Sikap arogan dapat menciptakan jarak dalam hubungan. Ketidakmauan untuk mendengarkan atau menghargai sudut pandang orang lain sering kali menimbulkan kesalahpahaman, kurangnya komunikasi, dan kehilangan rasa saling percaya.
2. Kesadaran Diri yang Terbatas
Kurangnya kesadaran diri membuat orang arogan sulit mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka. Akibatnya, mereka kerap bersikap tidak menghormati orang lain tanpa menyadari dampak perbuatannya.
Mengatasi Arogansi
Sikap arogan dapat diubah dengan keterbukaan terhadap kritik, menghargai pendapat orang lain, dan belajar menjadi lebih rendah hati. Hal ini memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki hubungan, dan menghargai kekuatan baik diri sendiri maupun orang lain.
Dengan meninggalkan sikap arogan, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, di mana empati dan pengertian menjadi dasar dalam berinteraksi.
Baca juga: 5 Tanda Kamu Kesepian Menurut Psikologi
- Penulis :
- Latisha Asharani