Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

15 Hal yang Tidak Akan Dilakukan Orang Berkelas di Media Sosial Menurut Psikologi

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

15 Hal yang Tidak Akan Dilakukan Orang Berkelas di Media Sosial Menurut Psikologi
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, meskipun memberikan banyak kemudahan dalam berbagi informasi, media sosial juga menuntut kita untuk bijak dalam bertindak. Orang-orang berkelas, yang dikenal memiliki citra positif dan kepribadian yang matang, tidak akan melakukan beberapa hal berikut di media sosial, berdasarkan perspektif psikologi.

1. Mengumbar Privasi Secara Berlebihan

Orang berkelas cenderung menjaga kehidupan pribadi mereka agar tetap privat. Mereka tidak membagikan informasi yang terlalu sensitif atau pribadi di media sosial, seperti masalah keluarga atau keuangan. Psikologi menunjukkan bahwa membagikan informasi pribadi secara berlebihan dapat mengurangi rasa hormat dari orang lain.

2. Berbicara Kasar atau Menggunakan Bahasa Vulgar

Berbicara kasar di media sosial mencerminkan ketidakmampuan mengendalikan emosi. Orang berkelas lebih memilih untuk berkomunikasi dengan sopan dan bijaksana. Menurut psikologi komunikasi, orang yang berbicara dengan sopan cenderung dihormati dan dianggap dewasa dalam berinteraksi.

3. Tidak Menggambarkan Kehidupan Sempurna

Orang berkelas tidak menciptakan ilusi hidup sempurna di media sosial. Mereka sadar bahwa berbagi foto mewah atau cerita sukses tanpa konteks dapat menimbulkan iri hati. Mereka lebih memilih untuk menunjukkan kehidupan yang otentik, tetap sederhana dan tulus.

Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Orang Sulit untuk Berubah Menurut Psikologi

4. Terlibat dalam Kontroversi atau Perdebatan yang Tidak Perlu

Orang berkelas menghindari perdebatan yang tidak produktif atau kontroversi di media sosial. Mereka lebih memilih untuk menjaga kedamaian dan menghindari konflik yang tidak menguntungkan. Psikologi sosial menyatakan bahwa orang yang terlibat dalam konflik yang tidak perlu sering kali kurang dapat mengelola emosi mereka.

5. Mencari Pujian atau Validasi Terus-Menerus

Orang berkelas tidak bergantung pada pujian atau validasi orang lain untuk merasa dihargai. Mereka tahu bahwa kepercayaan diri yang sejati berasal dari dalam diri mereka sendiri. Psikologi menunjukkan bahwa orang yang terlalu sering mencari validasi cenderung memiliki rasa tidak aman yang lebih tinggi.

6. Over-Exposing Diri dengan Pamer Kemewahan

Meskipun memiliki kekayaan atau gaya hidup mewah, orang berkelas tidak merasa perlu untuk memamerkannya di media sosial. Psikologi mengungkapkan bahwa memamerkan kekayaan bisa menciptakan kesan sombong dan tidak sensitif. Orang berkelas lebih memilih untuk berbagi pencapaian yang bermakna.

7. Tidak Mengunggah Foto Orang Lain Tanpa Izin

Orang berkelas selalu meminta izin sebelum membagikan foto atau video orang lain. Mereka menghindari pelanggaran privasi dan memastikan orang lain merasa dihormati sebelum berbagi momen.

Baca juga: Selebgram Arie Bagikan Kisah Pahit Perselingkuhan Suami: Apa Dampaknya bagi Kesehatan Mental Pasangan dan Anak?

8. Mengikuti Tren yang Tidak Sejalan dengan Nilai Pribadi

Orang berkelas lebih selektif dalam mengikuti tren atau aktivitas yang ada di media sosial. Mereka tidak terjebak dalam hal-hal yang tidak mencerminkan nilai-nilai atau prinsip mereka. Psikologi sosial mengatakan bahwa orang yang terlalu mengikuti tren sering kali kurang percaya diri dan mudah dipengaruhi.

9. Memposting Foto yang Terlalu Diperindah atau Tidak Realistis

Orang berkelas lebih memilih untuk menunjukkan diri mereka yang autentik tanpa perlu mengedit foto atau video secara berlebihan. Psikologi menunjukkan bahwa menunjukkan diri yang asli dan apa adanya dapat menciptakan hubungan yang lebih tulus dan nyata dengan orang lain.

10. Melakukan Cancel Culture atau Menghakimi Orang Lain Secara Terbuka

Orang berkelas tidak ikut serta dalam budaya "cancel" atau menghakimi orang lain di media sosial. Mereka lebih memilih untuk mendekati perbedaan dengan sikap empati dan toleransi. Menurut psikologi, orang yang sering terlibat dalam "cancel culture" biasanya kurang memiliki rasa empati terhadap orang lain.

11. Tidak Mengabaikan Pemeriksaan Fakta

Orang berkelas tidak menyebarkan hoaks. Sebelum membagikan informasi, mereka selalu memeriksa kebenarannya dari sumber yang terpercaya, sadar bahwa menyebarkan informasi salah dapat merusak reputasi.

Baca juga: 5 Tanda Kamu Kesepian Menurut Psikologi

12. Membuat Konten yang Tujuannya Hanya untuk Mencari Perhatian

Orang berkelas tidak membuat konten hanya untuk menarik perhatian orang lain atau mendapatkan popularitas. Mereka lebih fokus pada konten yang bermanfaat atau menginspirasi orang lain. Psikologi mengungkapkan bahwa orang yang terlalu mengejar perhatian di media sosial mungkin mengalami kekosongan emosional atau rasa tidak aman.

13. Mengungkapkan Rasa Marah atau Frustrasi Secara Terbuka

Orang berkelas tidak membagikan kemarahan atau frustrasi mereka di media sosial. Mereka tahu bagaimana mengelola emosi dengan baik dan memilih untuk menyelesaikan masalah secara pribadi. Psikologi menunjukkan bahwa orang yang sering mengungkapkan kemarahan secara terbuka cenderung memiliki masalah dalam mengelola stres.

14. Menggunakan Media Sosial sebagai Alat untuk Manipulasi

Orang berkelas tidak menggunakan media sosial untuk memanipulasi orang lain atau mempermainkan emosi mereka. Mereka menghargai kejujuran dan integritas, serta lebih memilih untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menghormati. Psikologi menunjukkan bahwa manipulasi di media sosial dapat merusak reputasi dan menciptakan ketidakpercayaan.

15. Tidak Memberikan Komentar Negatif

Orang berkelas tidak terlibat dalam gosip atau mengkritik orang lain di media sosial. Mereka memilih untuk tetap netral atau mendukung orang lain secara positif, karena mereka tahu komentar negatif hanya mencerminkan karakter buruk.

Baca juga: Merasa Diri Sendiri Sudah Mati? Ini Penjelasan Psikologisnya!

Kesimpulan

Orang berkelas di media sosial cenderung menghindari perilaku yang merugikan citra diri mereka atau orang lain. Dengan menjaga etika, berbicara dengan sopan, dan menunjukkan diri yang autentik, mereka dapat menciptakan pengaruh positif di dunia maya. Media sosial bukan hanya tentang berbagi momen, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang positif dan bermartabat.

Penulis :
Latisha Asharani