billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Dokter AS Kritik Label 'Sehat' pada Produk Makanan, Sebut Retorika Iklan Telah Distorsi Makna

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Dokter AS Kritik Label 'Sehat' pada Produk Makanan, Sebut Retorika Iklan Telah Distorsi Makna
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Makanan sehat. ANTARA/HO-Shutterstock/pri.)

Pantau - Dokter osteopatik asal Idaho, Amerika Serikat, Warren Willey, mengkritik keras penggunaan label "sehat" pada kemasan makanan dan minuman, yang menurutnya saat ini sudah kehilangan makna aslinya akibat pergeseran semantik dan pengaruh retorika iklan.

"Saya rasa maknanya telah terdistorsi, hampir dalam arti perubahan semantik. Perubahan semantik juga disebut pergeseran semantik, progresi semantik, perkembangan semantik, atau pergeseran semantik," ungkapnya.

Label 'Sehat' Dinilai Menyesatkan dan Tidak Relevan

Willey menjelaskan bahwa istilah "sehat" kini lebih banyak dipakai sebagai alat pemasaran, bukan indikator kualitas nutrisi yang sesungguhnya.

Ia mengutip sebuah tinjauan yang menunjukkan bahwa 97 persen produk makanan berlabel "sehat" ternyata mengandung gula atau pemanis buatan.

Hal ini, menurutnya, menjadi alasan utama mengapa banyak orang yang berusaha "makan sehat" tetap gagal menurunkan berat badan.

Meski Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menetapkan standar baru terkait pelabelan "sehat", dan memberi waktu kepada produsen hingga 25 Februari 2028 untuk menyesuaikan diri, Willey menyebut aturan tersebut belum menyentuh inti persoalan.

Menurutnya, makanan dalam kemasan, meskipun diberi label "sehat", tetap merupakan produk buatan manusia.

“Banyak bahan kimia, pengawet, dan entah apa lagi yang terkandung di dalamnya dan dapat memengaruhi kesehatan Anda,” tegas Willey.

Usulan: Kembalikan Kejujuran Bahasa dalam Label Makanan

Sebagai solusi, Warren Willey mengusulkan pendekatan radikal dengan mengembalikan kejujuran bahasa dalam pelabelan makanan.

Ia menyarankan bahwa istilah "sehat" hanya boleh digunakan untuk makanan alami yang belum melalui proses pengolahan manusia.

“Istilah 'sehat' hanya boleh dipakai untuk makanan yang benar-benar alami dan belum diolah manusia, titik,” ujarnya.

Dengan penerapan definisi tunggal tersebut, ia meyakini bahwa istilah "sehat" tidak akan lagi menjadi objek manipulasi retorika dalam iklan atau pemasaran.

Penulis :
Aditya Yohan