Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Tiga Tokoh Dikukuhkan sebagai Legenda Jegog, Warisan Musik Bambu Khas Jembrana Bali

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Tiga Tokoh Dikukuhkan sebagai Legenda Jegog, Warisan Musik Bambu Khas Jembrana Bali
Foto: (Sumber: Penampilan budaya saat Jegog Spirit Festival 2025 di Anjungan Cerdas Mandiri Rambut Siwi, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu (21/12/2025). ANTARA/HO-Humas Pemkab Jembrana.)

Pantau - Tiga tokoh penting dalam sejarah kesenian jegog, yakni Kiang Geliduh, Suprig, dan Ketut Swentra, resmi dikukuhkan sebagai legenda jegog dalam acara Jegog Spirit Festival 2025 yang digelar di Anjungan Cerdas Mandiri Rambut Siwi, Jembrana, Bali, pada Minggu, 21 Desember 2025.

Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan menyatakan sepakat dengan para pengamat, pelaku, dan pecinta seni yang menetapkan ketiganya sebagai legenda dalam perkembangan musik jegog.

"Jegog merupakan identitas kultural bagi masyarakat Jembrana. Kesenian musik tradisional ini terus bertahan lintas generasi dan jaman," ujarnya.

Dari Hiburan Petani hingga Seni Panggung Modern

Dalam sejarahnya, jegog pertama kali diciptakan oleh Kiang Geliduh dari Banjar/Dusun Sebual pada tahun 1912. Kala itu, jegog digunakan sebagai sarana hiburan petani dan alat pemanggil warga untuk bergotong royong melalui dentingan bambu besar yang nyaring.

Perkembangan kesenian ini terus berlanjut di tangan Suprig, yang melakukan inovasi dengan mengkolaborasikan jegog bersama seni tari dan silat, menjadikannya seni pertunjukan yang tampil di atas panggung, tidak hanya terbatas di sawah atau ladang.

Sementara itu, Ketut Swentra dikenal luas karena dedikasinya dalam melestarikan dan mengembangkan jegog agar tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan jegog sebagai warisan budaya tak benda sejak tahun 2018, memperkuat posisinya sebagai simbol budaya khas Jembrana yang patut dibanggakan.

Penulis :
Gerry Eka