
Pantau.com - Ibadah salat Tarawih sudah melekat kuat dan identik dengan bulan Ramadhan. Tapi tahukah anda jika asal usul salat tarawih terbentuk secara tidak sengaja oleh Rasulullah SAW?
Mengutip karya tulis Ustadz Irfan Sufandi, M.Ag berjudul 'Ensiklopedi Puasa' yang diterbitkan Indiva Pustaka 2008, menyebutkan pada zaman Rasulullah sebutan salat tarawih belumlah dikenal, melainkan yang ada ialah Qiyam Ramadhan atau salat tahajud yang dilakukan pada saat bulan ramadhan.
Pada saat tahun kedua Hijriyah, puasa telah diwajibkan. Suatu malam, nabi pergi ke masjid dan melakukan salat Qiyam Ramadhan. Namun tanpa disadari, para sahabat bermakmum atau mengikuti nabi dari belakang. Begitu selama dua hari berturut-turut.
"Namun pada malam ketiga, nabi tidak muncul lagi di masjid. Maka keesokan harinya para sahabat menanyakan ketidakhadirannya," tulis Ustad Irfan.
Baca juga: Mengenal Asal Muasal Umat Islam Diwajibkan Puasa Sebulan Penuh
Kemudian, nabi pun menjawab dan diriwayatkan dalam sebuah hadist oleh Bukhari dan Muslim.
"Saya memperhatikan apa yang kalian lakukan (di belakangku), dan bukan itu yang membuat aku tidak ke masjid lagi. Sesungguhnya aku khawatir kalau kalian mengganggap salat ini adalah salat wajib," jawab nabi kala itu.
Setelahnya, meskipun nabi tidak lagi ke masjid, para sahabat akhirnya tetap melakukan salat Qiyam Ramadhan sendiri-sendiri.
Lalu, tibalah masa pemerintahan Umar bin Khathab yang berpendapat, Qiyam Ramadhan akan indah jika dilaksanakan secara berjamaah, seperti pada awal nabi mengerjakannya. Hingga akhirnya, Umar mengumpulkan para sahabat dan menjadikan Ubay bin Ka'ab sebagai imam tarawih pertama setelah nabi.
"Tarawih boleh dikerjakan sendirian ataupun berjamaah, di masjid ataupun di rumah. Yang lebih utama ialah dikerjakan sendirian, hanya biasanya banyak orang yang agak malas jika mengerjakannya sendirian," tulis Ustad Irfan.
Baca juga: Kisah Perjuangan Muslim Skandinavia Jalani Puasa Berdurasi Panjang
Ustad Irfan berpendapat bagaimana jika sudah dalam keadaan malas, baiknya salat tarawih dilakukan secara berjamaah di masjid. Langkah ini juga sebagai dorongan agar umat Islam menunjukkan kuantitas dan kebersamaannya.
"Jumlah salat tarawih bermacam-macam, 8 rakaat, 20, 36 dan seterusnya, diserahkan kepada kemauan dan kemampuan masing-masing, yang penting ikhlas dan syarat serta rukunnya terpenuhi, kemudian salat ini diakhiri dengan witir," tutupnya.
rn- Penulis :
- Rifeni