
Pantau - Heboh dengan penyelewengan dana dari yayasan filatropi Aksi Cepat Tanggap (ACT), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) beberkan aliran dana ACT kepada pihak ketiga.
Namun ketika ditanya apakah salah satu transaksi pihak ketiga itu melalui ormas atau partai politik tertentu, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana enggan menjawabnya.
"Partai, secara detil kita tidak bisa sampaikan di forum ini, nanti dalam kesempatan lain bisa dilanjutkan dengan pertemuan lainnya," tambahnya.
"Pihak ketiga inilah yang berurusan dengan transaksi, ini kan perlu dibuktikan dulu apakah yayasan ini apakah dia paham akan aktivitas ilegal ini atau tidak. Ada yang disumbangkan, ada yang dari pihak ketiga, lalu pihak ketiga ini ada indikasi terkait kegiatan ilegal," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Terpisah, Politisi PSI Mohamad Guntur Romli bilang bahwa aliansi politiknya memang sudah kelihatan terkait pendiri Aksi Cepat Tanggap (ACT) diduga dekat dengan partai ini.
Politisi PSI itu memang terpantau aktif dalam memakai platform tersebut untuk menyuarakan pendapat pribadinya.
Kini Guntur Romli turut angkat bicara terhadap Aksi Cepat Tanggap yang dirasa olehnya bahwa aliansi politik organisasi tersebut memang telah kelihatan.
"Aliansi politiknya memang sudah kelihatan," buka Guntur Romli, Senin (4/7/2022).
"Tapi yang jadi masalah kan nipu dana sumbangan umat, buat kemewahan pribadi dan istri-istrinya," sambungnya.
Media Sosial Ikut Serta Menguak ACT
Media sosial pun mulai mengendus kedekatan partai tertentu dengan presiden dan pendiri ACT yang dulu Ahyudin.
Sebelumnya tagar "Jangan Percaya ACT" dan "Aksi Cepat Tilep" mendadak jadi trending di sosial media Twitter sejak Minggu 3 Juli 2022 malam.
Hal itu merespon laporan Majalah Tempo edisi 2 Juli 2022 yang membuat headline berjudul "Kantong Bocor Dana Umat", yang menyoroti dugaan penyelewengan dana sumbangan yang terkumpul melalui ACT, hingga fasilitas mewah dan gaji fantastis yang diterima petinggi ACT.
Rekam jejak digital, Pendiri ACT sempat hadir pada event Ambassador Talks kala dihelat di Ruang Rapat Pleno Fraksi PKS DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, 17 April 2018.
Selain itu, Ahyudin juga pernah mengkritik Jokowi terkait kasus di Suriah pada 16 Desember 2018. Hal ini menerangkan pandangan pegiat media sosial @bungicank soal paham radikalisme yang dia terima sejak bangku SD.
@bungicank menguak borok lembaga filantropi ACT yang kini viral, lantaran adanya dugaan penggelapan dana umat oleh petinggi ACT dan mengalir dalam aksi teroris.
Berikut informasi yang dibeberkan seorang warganet di akun Twitter @bungicank;
"Dulu semasa saya SD, setiap tahun kami murid SD tersebut selalu di cekoki tayangan-tayangan video sadis pembunuhan atau perang yang terjadi di Palestina, kami juga di dengar"
"Kami dipaksa membenci dan mencintai sesuatu yg kami tidak ketahui secara persis. Kami di perkenalkan dengan tokoh Palestina yg bernama osama bin Laden, dan kami pada saat itu menganggap bahwa osama adalah seorang pahlawan yg patut dicintai"
"Sekarang saya baru sadar, bahwa orang yg dulu saya anggap pahlawan adalah seorang pimpinan al-qaeda, yg bertanggung jawab langsung atas serangan 11 September 2011, yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat (AS)."
"Kalo media mau mentelusuri, silahkan telusuri orang tua murid-orang tua murid yg pernah bersekolah di SD saya tersebut, banyak dari mereka yg merupakan simpul-simpul terorisme, ada salah satu orang tua teman seangkatan saya yg ditangkap tim Densus 88"
"Ini adalah sebuah pola, antara sekolah saya, ACT, partai politik oposisi pemerintah, dan organisasi-organisasi ekstrimis,"
"Coba cek aliran dana nya ke salah satu partai oposisi pemerintah, coba cek aliran dana nya ke orang-orang yg menggerakkan aksi demonstrasi besar-besaran yg mengatasnamakan Islam, coba cek aliran dana ke organisasi hamas (Palestina)"
"Presiden ACT ini rumah nya di sekitar daerah sawah lama, ciputat, tangerang selatan, berdampingan dengan rumah saudara nya yg juga salah seorang anggota DPR RI 4 periode dari partai yang sekarang menjadi oposisi pemerintah"
"Jujur saya tidak percaya komisi VIII DPR dalam kasus ini, sebab backingan ACT ada didalam komisi tersebut yg berinisial JJ #AksiCepatTilep #aksicepattanggap"
Namun ketika ditanya apakah salah satu transaksi pihak ketiga itu melalui ormas atau partai politik tertentu, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana enggan menjawabnya.
"Partai, secara detil kita tidak bisa sampaikan di forum ini, nanti dalam kesempatan lain bisa dilanjutkan dengan pertemuan lainnya," tambahnya.
"Pihak ketiga inilah yang berurusan dengan transaksi, ini kan perlu dibuktikan dulu apakah yayasan ini apakah dia paham akan aktivitas ilegal ini atau tidak. Ada yang disumbangkan, ada yang dari pihak ketiga, lalu pihak ketiga ini ada indikasi terkait kegiatan ilegal," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Terpisah, Politisi PSI Mohamad Guntur Romli bilang bahwa aliansi politiknya memang sudah kelihatan terkait pendiri Aksi Cepat Tanggap (ACT) diduga dekat dengan partai ini.
Politisi PSI itu memang terpantau aktif dalam memakai platform tersebut untuk menyuarakan pendapat pribadinya.
Kini Guntur Romli turut angkat bicara terhadap Aksi Cepat Tanggap yang dirasa olehnya bahwa aliansi politik organisasi tersebut memang telah kelihatan.
"Aliansi politiknya memang sudah kelihatan," buka Guntur Romli, Senin (4/7/2022).
"Tapi yang jadi masalah kan nipu dana sumbangan umat, buat kemewahan pribadi dan istri-istrinya," sambungnya.
Media Sosial Ikut Serta Menguak ACT
Media sosial pun mulai mengendus kedekatan partai tertentu dengan presiden dan pendiri ACT yang dulu Ahyudin.
Sebelumnya tagar "Jangan Percaya ACT" dan "Aksi Cepat Tilep" mendadak jadi trending di sosial media Twitter sejak Minggu 3 Juli 2022 malam.
Hal itu merespon laporan Majalah Tempo edisi 2 Juli 2022 yang membuat headline berjudul "Kantong Bocor Dana Umat", yang menyoroti dugaan penyelewengan dana sumbangan yang terkumpul melalui ACT, hingga fasilitas mewah dan gaji fantastis yang diterima petinggi ACT.
Rekam jejak digital, Pendiri ACT sempat hadir pada event Ambassador Talks kala dihelat di Ruang Rapat Pleno Fraksi PKS DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, 17 April 2018.
Selain itu, Ahyudin juga pernah mengkritik Jokowi terkait kasus di Suriah pada 16 Desember 2018. Hal ini menerangkan pandangan pegiat media sosial @bungicank soal paham radikalisme yang dia terima sejak bangku SD.
@bungicank menguak borok lembaga filantropi ACT yang kini viral, lantaran adanya dugaan penggelapan dana umat oleh petinggi ACT dan mengalir dalam aksi teroris.
Berikut informasi yang dibeberkan seorang warganet di akun Twitter @bungicank;
"Dulu semasa saya SD, setiap tahun kami murid SD tersebut selalu di cekoki tayangan-tayangan video sadis pembunuhan atau perang yang terjadi di Palestina, kami juga di dengar"
"Kami dipaksa membenci dan mencintai sesuatu yg kami tidak ketahui secara persis. Kami di perkenalkan dengan tokoh Palestina yg bernama osama bin Laden, dan kami pada saat itu menganggap bahwa osama adalah seorang pahlawan yg patut dicintai"
"Sekarang saya baru sadar, bahwa orang yg dulu saya anggap pahlawan adalah seorang pimpinan al-qaeda, yg bertanggung jawab langsung atas serangan 11 September 2011, yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat (AS)."
"Kalo media mau mentelusuri, silahkan telusuri orang tua murid-orang tua murid yg pernah bersekolah di SD saya tersebut, banyak dari mereka yg merupakan simpul-simpul terorisme, ada salah satu orang tua teman seangkatan saya yg ditangkap tim Densus 88"
"Ini adalah sebuah pola, antara sekolah saya, ACT, partai politik oposisi pemerintah, dan organisasi-organisasi ekstrimis,"
"Coba cek aliran dana nya ke salah satu partai oposisi pemerintah, coba cek aliran dana nya ke orang-orang yg menggerakkan aksi demonstrasi besar-besaran yg mengatasnamakan Islam, coba cek aliran dana ke organisasi hamas (Palestina)"
"Presiden ACT ini rumah nya di sekitar daerah sawah lama, ciputat, tangerang selatan, berdampingan dengan rumah saudara nya yg juga salah seorang anggota DPR RI 4 periode dari partai yang sekarang menjadi oposisi pemerintah"
"Jujur saya tidak percaya komisi VIII DPR dalam kasus ini, sebab backingan ACT ada didalam komisi tersebut yg berinisial JJ #AksiCepatTilep #aksicepattanggap"
- Penulis :
- Desi Wahyuni