
Pantau - Pengamat sosial politik Universitas Indonesia (UI) Arie Putra menilai bahwa munculnya fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat sebagai bentuk perlawanan terhadap ruang kota yang sangat transaksional.
"Belum lagi budaya kelas menengah atas di Jakarta yang terlampau mahal," terang Arie kepada Pantau.com, Senin (25/7/2022).
Selama ini, lanjut Arie, remaja 'SCBD' yang selama ini tidak mendapat ruang di Jakarta, ingin menikmati suatu hal yang dinikmati kelompok tertentu saja.
"Selama ini, mereka tidak punya ruang di Jakarta, yang menikmati Jakarta hanya kelompok tertentu saja,' jelasnya.
Ia menambahkan, fenomena remaja 'SCBD' dan Citayam Fashion Week merupakan antitesa dari budaya 'Jaksel' yang makin tren hingga kini.
"Yang satu memang kisah borjuis perkotaan, dan rela habiskan uangnya untuk membiayai gaya hidup. Sementara, Citayam Fashion Week ini hadir menjadi ruang ekspresi kelas bawah. Mereka selama ini tidak disambut baik oleh orang-orang Jaksel yang elitis tadi," tegas Co-Founder Total Politik ini.
Ia mengatakan, ruang kota mesti semakin terbuka. Dengan begitu, landmark sebuah kota tidak lagi hanya didikte oleh keinginan penguasa.
"Namun juga mesti partisipatif, dari arus bawah. Setiap orang dapat mewarnai ruang kota seperti halnya di tempat lain, seperti New York, Vienna, dan Paris. Aktivitas manusianya yang membuat ruang kota semakin bermakna," tutur Arie.
"Belum lagi budaya kelas menengah atas di Jakarta yang terlampau mahal," terang Arie kepada Pantau.com, Senin (25/7/2022).
Selama ini, lanjut Arie, remaja 'SCBD' yang selama ini tidak mendapat ruang di Jakarta, ingin menikmati suatu hal yang dinikmati kelompok tertentu saja.
"Selama ini, mereka tidak punya ruang di Jakarta, yang menikmati Jakarta hanya kelompok tertentu saja,' jelasnya.
Ia menambahkan, fenomena remaja 'SCBD' dan Citayam Fashion Week merupakan antitesa dari budaya 'Jaksel' yang makin tren hingga kini.
"Yang satu memang kisah borjuis perkotaan, dan rela habiskan uangnya untuk membiayai gaya hidup. Sementara, Citayam Fashion Week ini hadir menjadi ruang ekspresi kelas bawah. Mereka selama ini tidak disambut baik oleh orang-orang Jaksel yang elitis tadi," tegas Co-Founder Total Politik ini.
Ia mengatakan, ruang kota mesti semakin terbuka. Dengan begitu, landmark sebuah kota tidak lagi hanya didikte oleh keinginan penguasa.
"Namun juga mesti partisipatif, dari arus bawah. Setiap orang dapat mewarnai ruang kota seperti halnya di tempat lain, seperti New York, Vienna, dan Paris. Aktivitas manusianya yang membuat ruang kota semakin bermakna," tutur Arie.
- Penulis :
- khaliedmalvino