
Pantau - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi menilai, majelis taklim dapat berperan penting dalam mendukung upaya pencegahan stunting.
Ia berpendapat, aktivitas majelis taklim tidak hanya terfokus pada giat pengajian, tapi juga pembinaan yang mengarah pada peningkatan kualitas keluarga, termasuk pencegahan stunting.
"Saya melihat majelis taklim bisa ambil bagian. Tidak hanya dalam menyosialisasikan program, tapi turut aktif dalam pencegahan stunting," terang Zainut di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Keberadaan para ibu di majelis taklim, kata Zainut, menjadi faktor utama dalam pemberdayaan keluarga. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan dapat lebih fleksibel.
"UU Sisdiknas mengatur Majelis Taklim sebagai satuan pendidikan nonformal, bersama lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, dan pusat kegiatan belajar masyarakat," paparnya.
Untuk itu, ia melanjutkan, pembinaan Majelis Taklim menjadi suatu hal penting untuk memperluas aktivitasnya dalam bentuk pengajian sosial untuk menekan masalah keluarga dan kemasyarakatan.
Sebagai informasi, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.
Ia berpendapat, aktivitas majelis taklim tidak hanya terfokus pada giat pengajian, tapi juga pembinaan yang mengarah pada peningkatan kualitas keluarga, termasuk pencegahan stunting.
"Saya melihat majelis taklim bisa ambil bagian. Tidak hanya dalam menyosialisasikan program, tapi turut aktif dalam pencegahan stunting," terang Zainut di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Keberadaan para ibu di majelis taklim, kata Zainut, menjadi faktor utama dalam pemberdayaan keluarga. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan dapat lebih fleksibel.
"UU Sisdiknas mengatur Majelis Taklim sebagai satuan pendidikan nonformal, bersama lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, dan pusat kegiatan belajar masyarakat," paparnya.
Untuk itu, ia melanjutkan, pembinaan Majelis Taklim menjadi suatu hal penting untuk memperluas aktivitasnya dalam bentuk pengajian sosial untuk menekan masalah keluarga dan kemasyarakatan.
Sebagai informasi, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas