Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Dewan Pers Singgung Pemanfaatan AI dalam Tim Redaksi

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Dewan Pers Singgung Pemanfaatan AI dalam Tim Redaksi
Foto: Puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) 2024 di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Senin (19/2/2024).

Pantau - Hari Pers Nasional (HPN) jatuh pada 9 Februari. Meski terbentur dengan Pemilu 2024 yang digelar pada Rabu (14/2/2024), hal itu tak menyurutkan semangat insan pers untuk merayakan HPN 2024.

Tahun-tahun belakangan ini, peran Artificial Inteligence (AI) sedang 'naik daun', mengingat semakin gencarnya penggunaan teknologi digital saat ini. AI sempat dimanfaatkan para kontestan Pemilu 2024, termasuk juga Dewan Pers yang tak mau ketinggalan peran memanfaatkan waktu.

Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Yadi Hendriana menilai, peran manusia dalam tim redaksi tetap menjadi prioritas walaupun digerus tren pemanfaatan AI dalam menulis. Sejatinya, AI tak bisa menciptakan jurnalis dari nol, tetap ada peran manusia di dalamnya.

Hal ini ditekankan Yadi dalam diskusi peringatan Hari Pers Nasional 2024 'Konvensi Nasional Media Massa' bertema 'Pers, Demokrasi Digital, dan AI Beretika' di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Senin (19/2/2024).

"Sebagaimana kita tahu AI sudah mulai berkembang secara cepat. 20 tahun lalu news automation terus berevolusi. Ada perkembangan menyentuh ruang redaksi. Kita dihadapkan dengan distribusi konten sangat kencang," ujar Yadi Hendriana.

Dikatakannya, keberadaan rancangan Peraturan Presiden (Perpres) soal Publisher Rights bakal sangat berdampak terhadap dunia jurnalistik, khususnya dalam bidang konten di internet.

"Kita belum selesai ini ada lagi yang lain, kita harus melihat progres hal tersebut. Pada beberapa newsroom banyak menggunakan teknologi AI, misalkan memanfaatkan Chat GPT untuk membuat 20-30 berita yang anglenya berbeda, tapi pemberitaan sama dan tingkat plagiasi rendah," jelasnya.

Dia mengharapkan, dengan kemunculan AI saat ini agar di masa mendatang tak menjadi persoalan. Yadi pun memberi contoh, dalam sebuah pemberitaan ada 20 daerah terkotor di Indonesia.

"Kemudian ada daerah yang komplain, sehingga newsroom menggunakan konten-konten tersebut untuk SEO. Harus ada update dalam konten dan ini yang harus dipahami masing-masing redaksi," bebernya.

Yadi bilang, roses teknologi yang bergulir tampak jelas bagaimana derasnya arus informasi dari media sosial (medsos). AI memang tak bisa menciptakan jurnalistik dari nol, tetap mesti ada peran manusia di dalamnya.

"Prinsip utama pers adalah publik mendapatkan informasi berkualitas dan terpercaya, misi itu terpenting. Dewan Pers belum membuat aturan secara spesifik penggunaan AI. Peran manusia tetap menjadi kunci dalam penggunaan teknologi pada produk jurnalistik. Ada produk jurnalistik yang harus dipertanggungjawabkan," tuturnya.

Disebutkannya, hanya pendukung yang bisa menuntaskan produk jurnalistik, namun verifikasi tetap dilakukan redaksi. Dewan Pers juga menekankan, mesti ada 'disclaimer' produk jurnalistik apakah memanfaatkan AI dan apakah sudah ada proses verifikasi redaksi.

"Penerapan AI harus terukur, terencana, dan dapat dikendalikan oleh redaksi. Ini harus sesuai kode etik jurnalistik. kemajuan teknologi tidak dapat diabaikan begitu saja. Proses jurnalistik judgement redaksi masih diperlukan," ujar Yadi.

Serangkaian proses di newsroom itu, kata Yadi, bisa menggunakan teknologi AI, mulai dari proses gathering, publishing, serta produksi berita. Lagi-lagi Yadi menekankan, mesti manusia tetap menjadi kunci dalam menerapkannya.

Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria mengungkapkan, AI mempunyai persoalan sendiri. Menurutnya, apa yang bisa dan tak bisa dipublikasi, tim redaksi harus melakukan filterisasi.

"News gathering yang mencari AI, semua ada di internet dan gadget kita. Chat GPT kecerdasan semakin lama semakin membaik. Kemampuan dalam membuat sebuah narasi atau berita lebih baik. Alogaritma platform media sosial dapat mengambil audiens yang sangat targetif. Jurnalisme kita ada di persimpangan jalan dengan adanya kecerdasan buatan tersebut," jelas eks wartawan Tempo tersebut.

Penulis :
Khalied Malvino