Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Benny Rhamdani Akui Masih Banyak PMI Menderita Semasa Kepemimpinannya di BP2MI

Oleh Rizki
SHARE   :

Benny Rhamdani Akui Masih Banyak PMI Menderita Semasa Kepemimpinannya di BP2MI
Foto: Ilustrasi. (Net)

Pantau - Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengatakan telah melakukan berbagai upaya guna memberikan pelayanan terbaik serta melindungi para pekerja migran Indonesia (PMI). Walau demikian, Benny mengakui persoalan masih saja terjadi.

"Derita PMI masih selalu ada di lapangan," ujar Benny dalam pelepasan dan pembekalan calon PMI ke Korea Selatan dengan skema G to G, di eL Hotel Royale Jakarta, Senin (19/2/2024).

Awalnya, Benny memaparkan berbagai terobosan yang ia lakukan semasa menjadi pimpinan BP2MI. Seluruh upaya tersebut dilakukan guna melindungi dan melayani PMI, baik sebelum hingga sesudah bekerja di luar negeri, bahkan diberikan untuk keluarga pekerja migran yang ditinggalkan. Salah satunya adalah adanya fast track atau jalur cepat khusus PMI, yang hadir di bandara-bandara.

"Dulu kalau mereka berangkat ke luar negeri, kembali ke Tanah Air harus berdesak-desakan, antrean panjang, mereka sekarang sederajat dengan official diplomatic. Mungkin bapak pernah mengalami itu, kalau bapak mau ke luar negeri, ada jalur khusus pakai paspor dinas milik negara, mereka tidak boleh lagi dicampur dengan penumpang umum," papar Benny.

"Kita siapkan fast track jalur khusus dengan karpet warna biru bertuliskan 'VVIP Pekerja Migran Indonesia'," imbuhnya.

Meski begitu, kata Benny berbagai program yang BP2MI hadirkan tak serta-merta menyelesaikan persoalan yang dialami para PMI di lapangan.

"Tadi pagi saya nerima telepon seorang PMI baru kembali dari Hong Kong, tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado mengalami penahanan barang-barang yang dia bawa," tutur Benny.

Benny pun telah merespons cepat persoalan itu. Ia memerintahkan jajarannya untuk memberikan perlindungan kepada PMI tersebut.

"Saya harus kontak Balai (BP3MI) Manado, saya minta cepat advokasi, saya minta cepat turun ke lapangan. Karena barang-barang jam tangan yang itu bukan untuk dirinya, dan negara tidak punya hak curiga kepada rakyatnya, seolah-olah itu untuk bisnis," papar Benny.

Benny menjelaskan, barang-barang yang dibawa para PMI umumnya merupakan oleh-oleh untuk keluarga. Barang tersebut dibawa sebagai hadiah, bukan untuk diperjual-belikan.

"PMI membawa barang-barang itu untuk oleh-oleh keluarganya, bukan untuk kepentingan bisnisnya," tutur Benny.

Benny memandang, tak tepat jika negara mencurigai rakyat sendiri, apalagi pekerja migran yang sudah banyak memberikan kontribusi devisa besar bagi bangsa. Padahal, kata dia, penyelundupan yang diketahui dan sudah banyak terbukti, justru banyak dilakukan orang-orang di luar PMI. Karenanya ia menyesalkan setiap kali adanya penahanan barang-barang milik PMI oleh pihak terkait.

"Lebih baik dicurigai saja orang-orang kaya itu yang biasa menyelundupkan barang, bahkan naik pesawat Garuda. Banyak kasus kan pejabat negara, banyak kasus kan orang karena kaya menyelundupkan barang mewah dan bahkan menggunakan sarana transportasi Garuda, itu yang harus dicurigai bukan rakyatnya sendiri, bukan pekerja migran Indonesia," tandasnya. 

Penulis :
Rizki