billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Awal Ramadan Berpotensi Beda, Wamenag: Sudah Biasa

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Awal Ramadan Berpotensi Beda, Wamenag: Sudah Biasa
Foto: Wamenag, Saiful Rahmat Dasuki.

Pantau - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki menganggap wajar jika awal bulan Ramadan tahun 1445 H/2024 ini memiliki potensi perbedaan pendapat antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

"Ah, sudah biasa, sudah biasa," ujar Saiful di kawasan Grogol, Jakarta, pada Rabu (28/2/2024).

Menurut Saiful, perbedaan ini sudah sering terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Baginya, yang terpenting dalam bulan puasa adalah esensi dari ibadah itu sendiri.

"Yang utama kan bagaimana menjalankan ibadahnya saat puasa, jadi jika ada perbedaan itu sudah biasa," tambahnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi kemungkinan adanya perbedaan penetapan awal Ramadan 1445 Hijriah di Indonesia berdasarkan ketinggian hilal.

Dalam penelitian mereka, BMKG mengungkapkan bahwa ketinggian hilal di Indonesia pada saat Matahari terbenam pada tanggal 10 Maret berkisar antara 0,33 derajat di Jayapura, Papua, hingga 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.

Sementara itu, pada tanggal 11 Maret, ketinggian hilal di Indonesia berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua, hingga 13,62 derajat di Sabang, Aceh.

Penentuan awal bulan hijriah, termasuk Ramadan, Kementerian Agama menggunakan kriteria yang disepakati oleh Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Patokan utamanya adalah ketinggian hilal setidaknya 3 derajat dan elongasi, yaitu jarak sudut antara Bulan dan Matahari, minimal 6,4 derajat. 

Jika ketinggian hilal dan elongasi di bawah angka-angka tersebut, maka belum dianggap sebagai awal bulan hijriah baru.

Penulis :
Aditya Andreas