
Pantau.com - Para korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan laut Karawang, Jawa Barat, hingga saat ini masih dicari keberadaannya. Namun, beberapa diantaranya telah berhasil ditemukan meskipun hanya body part (potongan tubuh) yang terus dikumpulkan.
Mengapa hingga saat ini belum ada jasad para korban yang ditemukan secara utuh atau justru tidak ada satupun jasad yang utuh?
Hingga saat ini, jawaban dari teka teki tersebut masih belum dapat dikonfirmasi, dengan alasan belum ditemukannya kotak hitam (black box) yang dapat memberikan informasi terkait hal itu.
Baca juga: Kenapa Tubuh Korban Lion Air Terpotong? Ini Penjelasan Basarnas
Tim Pantau.com mencoba mencari jawaban melalui tim dokter RS Bhayangkara Tk I R Said Sukanto (RS Polri Kramat Jati) yang menjadi tempat pemeriksaan forensik terhadap potongan-potongan tubuh yang telah temukan itu.
Menurut Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Edy Purnomo, hal tersebut dapat terjadi karena tekanan udara yang sangat tinggi pada kabin pesawat terjadi secara tiba-tiba pada saat badan pesawat berbenturan dengan permukaan laut.
Sebab, pada saat terjadinya benturan pada permukaan laut, tekanan udara pada kabin yang sebelumnya normal langsung menjadi tekanan udara yang sangat tinggi yang memicu terjadinya ledakan.
Untuk penjelasan secara mudah, Edy mengibaraktan kabin pesawat sebagai tabung yang berisi udara. Jika pada keadaan normal tekanan udara di dalam tabung itu tidak berdampak apapun kepada benda yang terhadap didalam tabung itu.
Namun, jika satu sisi tabung mendapat gaya tekanan, maka udara yang didalam tabung itu semakin memadat dan dapat menghancurkan tabung itu sendiri termasuk benda yang berada di dalamnya.
Baca juga: Ini Kendala Dokter Forensik dalam Mengidentifikasi Korban Lion Air JT-610
"Itu prinsipnya seperti tabung kan pesawat, tengahnya kosong. Jadi begitu (pesawat terjun ke dalam laut) itu seperti dimampetin kan? Jadi meledaknya seperti itu, bukan meledak karena chemical blasting," kata Edy kepada Pantau.com saat ditemui, Rabu, 31 Oktober 2018.
Selain itu, Edy menambahkan pemeriksaan dan analisa yang dilakukan, adanya potongan-potongan tubuh korban bukalah lantaran para korban terkena puing-puing pesawat pada saat insiden. Alasannya, tidak ditemukannya reaksi biologis pada potongan tubuh itu.
Reaksi biologis yang dimaksud adalah pembengkakan atau pecahnya pembuluh darah kita tubuh terkena benturan yang cukup keras.
"Kalau terpentok-pentok (diibartakan terbentur badan pesawat) kemudian meninggal, itu pasti ditemukan reaksi biologis. Kalau langsung bleng (meledak) itu belum sempat ada reaksi biologis," jelas Edy.
Akan tetapi, Edy menyebut dugaan itu muncul setelah memeriksa potongan-potongan tubuh. Sehingga dugaan itu bisa saja salah dan tidak terbukti. Untuk itu, ia menyebut untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi haruslah melihat dari semua unsur yang ada.
"Dilihat itu semua potongannya pesawat, nanti ada perhitungannya itu di KNKT," singkat Edy.
Baca juga: Polisi: Hasil Identifikasi Tunggu Hasil Rekonsiliasi Pencocokan Data DNA korban
Pesawat type B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang dilaporkan telah hilang kontak pada hari ini sekira pukul 06.33 WIB.
Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar.
Pesawat yang membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi dengan 2 Pilot dan 5 FA sampai saat ini telah hilang kontak selama kurang lebih 3 jam.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi