
Pantau.com - Badan Intelejen Negara (BIN) menyebutkan bahwa saat ini ada kurang lebih 50 penceramah agama yang melakukan ceramahnya dengan materi paham radikal. Rupanya hal itu membuat pimpinan DPR dan MPR geram, lantaran menurutnya BIN tak semestinya mengumbar hasil kerjanya.
Sorotan datang pertama dari Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, dirinya mengatakan, bahwa saat ini BIN malah membuat kegaduhan di masyarakat dengan mengumumkan hasil temuannya mengenai adanya sejumlah penceramah menyebar paham radikal.
"BIN itu biasanya lakukan sesuatu bukan untuk disiarkan begitu tapi untuk presiden, karena user BIN itu presiden. Jadi jangan BIN nambah kekeruhan dengan informasi-informasi yang validitasnya perlu dipertanyakan," ujar Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Menurutnya, seharusnya BIN menyampaikan hasil temuannya itu kepada presiden dan segera diselesaikan secara bersama-sama dengan instansi terkait bukan malah mengumbar ke masyarakat.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.Politisi Gerindra ini menilai, paparan BIN tersebut akan menimbulkan kecurigaan-kecurigaan baru di masyarakat. Ia menuturkan, masyarakat akan menjadi saling menuduh dan malah tidak menyelesaikan persoalan.
Baca juga: Disebut Sebagai Alat Pemenangan Jokowi Bentukan BIN, Organisasi Cipayung Plus Meradang
"Ya kalau menurut saya, cara kerja intelijen itu kan cara kerja, silent gitu ya. Bukan terbuka semacam itu dan kalau mau terbuka sekalian transparan," tuturnya.
"Kalau mau dibuka ke ranah publik. Ini kan kita tidak jelas kriteria-kriterianya. Nanti orang saling bertanya, dan nanti orang bisa tertuduh, jadi stigma. Apalagi misalnya perguruan tinggi, pesantren atau institusi-institusi pendidikan lainnya," lanjutnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah juga menyampaikan pandangannya.menurut Fahri pernyataan BIN yang memaparkan hasil temuannya terkait penceramah berpaham radikal, dinilainya hanya membuat reputasi BIN menjadi turun.
"Sebab begini itu membuat reputasi BIN itu turun jadi BIN harus dijaga sebagai indera negara melalui presiden dalam rangka menjaga melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia," pungkasnya.
Sebelumnya BIN mengemukakan bahwa saat ini ada 50 orang penceramah yang menyampaikan materi ceramah terindikasi mengandung unsur radikalisme. "Ada sekitar 50 orang, tidak terlalu banyak," ungkap Juru Bicara BIN Wawan Hari Prabowo, Selasa 20 November 2018.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi