
Pantau - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menegaskan bahwa perbankan syariah memegang peran penting dalam menjembatani berbagai tantangan yang dihadapi industri halal dengan menyediakan solusi konkret pada seluruh rantai pasok.
Solusi Konkret Perbankan Syariah untuk Industri Halal
Dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 di Jakarta, Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan bahwa industri halal nasional masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk dalam aspek permintaan, proses sertifikasi halal yang belum optimal, struktur industri halal yang belum ideal, serta pengembangan logistik halal yang masih terbatas.
"Perbankan syariah memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan industri halal dan menyediakan solusi pada setiap aspek rantai pasok industri halal," ujar Kartika.
Bank syariah diharapkan mendorong penawaran pembiayaan di sektor-sektor strategis nasional, khususnya dalam mendukung hilirisasi industri halal.
Selain itu, bank syariah juga didorong untuk memprioritaskan sektor halal dalam portofolio pembiayaannya dan aktif membantu klien atau customer dalam memperoleh sertifikasi halal.
"Melalui langkah ini, bank syariah dapat memberikan solusi konkret di seluruh rantai nilai industri halal, membantu memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi halal secara keseluruhan," sambung Kartika.
Ruang Besar untuk Inovasi dan Pertumbuhan Ekonomi Syariah
Kartika menegaskan bahwa pembiayaan berbasis syariah berpotensi besar dalam menggerakkan sektor konsumer dan sektor riil melalui produk perbankan yang inovatif dan kompetitif.
Tingkat penetrasi pembiayaan syariah di Indonesia saat ini masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain dengan populasi Muslim besar, sehingga masih banyak ruang untuk pertumbuhan.
Dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) masuk ke dalam 10 besar Global Islamic Bank dari sisi kapitalisasi pasar, hal ini memperlihatkan kuatnya preferensi pasar terhadap pembiayaan berbasis syariah serta peluang besar untuk pertumbuhan di sektor korporasi syariah global.
Kartika juga menyoroti pentingnya inovasi untuk menjembatani kesenjangan permintaan dan penawaran antara sektor keuangan dan industri halal.
Banyak pelaku industri halal yang belum mengenal produk keuangan syariah, sementara lembaga jasa keuangan kesulitan mengidentifikasi pelaku industri halal yang membutuhkan pembiayaan.
"Oleh sebab itu, untuk mewujudkan potensi ekonomi syariah secara maksimal dalam mendukung pengembangan sektor riil di Indonesia, kita harus terus fokus mengembangkan produk perbankan syariah yang inovatif dan berdaya saing serta sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," kata Kartika.
Upaya ini membutuhkan kerja sama erat antara industri keuangan syariah, Dewan Syariah Nasional, serta seluruh pemangku kepentingan di Indonesia.
Kartika mengungkapkan bahwa saat ini terdapat potensi pendanaan sebesar Rp212 triliun dan potensi pembiayaan Rp158 triliun dalam ekosistem industri halal, menegaskan pentingnya peran lembaga jasa keuangan seperti BSI dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah nasional.
- Penulis :
- Gian Barani