
Pantau - Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Perjanjian Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Pahala N. Mansury, menyatakan keyakinannya bahwa program deregulasi dan debirokratisasi yang dicanangkan pemerintah dapat memacu peningkatan investasi dan ekspor bersih ke depan.
Pernyataan ini disampaikan meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2025 hanya tercatat sebesar 4,87 persen.
Menurut Pahala, capaian tersebut masih tergolong baik dibandingkan banyak negara lain, dan ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat membaik dalam tiga triwulan selanjutnya.
CEPA Jadi Kunci Penguatan Rantai Pasok Global Indonesia
Pahala juga menyoroti pentingnya optimalisasi perjanjian perdagangan internasional, terutama Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), sebagai salah satu langkah strategis memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Saat ini, Indonesia telah memiliki hampir 26 perjanjian perdagangan internasional termasuk CEPA dengan berbagai negara mitra.
Pahala menekankan bahwa negara-negara yang telah memiliki CEPA cenderung langsung menempatkan diri sebagai bagian dari sistem produksi negara mitra.
Indonesia pun didorong untuk memiliki mindset serupa agar dapat lebih terintegrasi dalam global supply chain.
"Kita harus memiliki mindset untuk menjadikan Indonesia bagian dari rantai pasok produksi dunia," tegasnya.
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, menambahkan bahwa CEPA tidak hanya penting untuk ekspor, tetapi juga untuk mendorong arus investasi, jasa, pembangunan ekonomi, dan peningkatan daya saing.
"CEPA harus digunakan secara intensif dan komprehensif agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian Indonesia," ujar Yose.
- Penulis :
- Gian Barani








