
Pantau - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Abdul Kadir Karding, menegaskan bahwa calon pegawai negeri sipil (CPNS) harus memiliki kesadaran penuh untuk melayani pekerja migran dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab.
Pernyataan itu disampaikan Karding saat memberikan sambutan dalam kegiatan orientasi CPNS Tahun Anggaran 2024 di lingkungan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) yang digelar di Jakarta, Selasa 6 Mei 2025.
Menurutnya, para CPNS akan langsung berhadapan dengan berbagai dinamika pelindungan terhadap PMI di lapangan, sehingga dibutuhkan kesiapan mental dan jiwa pelayanan yang tinggi.
Pelindungan dan Pemberdayaan Jadi Fokus Utama
Karding menjelaskan bahwa sekitar 80 persen pekerja migran Indonesia bekerja di sektor domestik, yang berarti sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang bekerja di lingkungan rumah tangga.
"Ke depan, kita akan dihadapkan pada pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia, pelayanan terhadap pekerja migran Indonesia, dan pemberdayaan terhadap pekerja migran Indonesia," ujarnya.
Ia menekankan bahwa tidak ada orang yang sejak awal bercita-cita menjadi pekerja domestik di luar negeri, oleh karena itu CPNS harus melihat tugas mereka sebagai panggilan kemanusiaan.
"Tidak ada sebenarnya orang yang sejak awal ingin menjadi pekerja domestik di luar negeri. Maka, panggilan kita adalah untuk melindungi, menjaga, melayani dengan sepenuh hati, dan memberdayakan mereka," tegas Karding.
ASN Harus Miliki Mindset Melayani
Karding juga mengingatkan bahwa gaji para aparatur sipil negara berasal dari pajak rakyat, sehingga semangat pelayanan harus menjadi bagian dari integritas setiap CPNS.
"Ini yang harus disadari. Ketika Anda bekerja, mindset kita, hati kita, harus terpusat pada melayani mereka dengan sepenuh hati," katanya.
Ia menambahkan bahwa menjadi PNS bukan semata-mata tentang mencari pekerjaan atau status sosial, melainkan tentang pengabdian.
"Tolong, adik-adik sekalian, ubah mindset bahwa menjadi PNS bukan sekadar cari pekerjaan atau status. Ini tentang melayani, bukan untuk dilayani," pungkasnya.
- Penulis :
- Arian Mesa