Pantau - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan pentingnya menjaga aksesibilitas nelayan serta kelestarian sumber daya ikan dalam rencana pembangunan tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) yang dirancang membentang dari Cilegon, Banten hingga Gresik, Jawa Timur.
Direktur Perencanaan Ruang Perairan KKP, Abdi Tunggal Prianto, menyatakan bahwa proyek ini telah menjadi prioritas dalam pembahasan regulasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Meski KKP menyatakan dukungan terhadap proyek tersebut, Abdi menekankan bahwa akses bagi nelayan, pelestarian ekosistem, dan perlindungan sumber daya perikanan tetap menjadi pertimbangan utama.
Teluk Jakarta Jadi Fokus Awal, Metode Ramah Lingkungan Diutamakan
Dalam implementasinya, KKP mengedepankan pendekatan alami seperti pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai salah satu metode penguatan tanggul, sejalan dengan usulan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Untuk tahap awal, fokus pengembangan proyek masih berada di wilayah Teluk Jakarta, di mana upaya perlindungan mangrove dan pemberian akses bagi nelayan telah diprioritaskan.
Hingga saat ini, belum terdapat kesepakatan final antarkementerian mengenai metode paling efektif untuk merancang struktur Giant Sea Wall.
Pemerintah masih melakukan pembahasan menyeluruh mencakup aspek pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengolahan limbah, guna memastikan pembangunan tanggul tidak merusak sumber daya air dan ekosistem pesisir.
Tanggul laut raksasa ini juga dirancang untuk menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi penurunan muka air tanah dan intrusi air laut yang kian mengancam kawasan pesisir.
- Penulis :
- Balian Godfrey
