Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tiga Srikandi UMM Dikukuhkan sebagai Profesor Bidang Ilmu Berbeda

Oleh Gian Barani
SHARE   :

Tiga Srikandi UMM Dikukuhkan sebagai Profesor Bidang Ilmu Berbeda
Foto: Tiga dosen perempuan UMM dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang ilmu yang berbeda, soroti pendidikan dan kesetaraan gender(Sumber: ANTARA/HO-UMM)

Pantau - Tiga dosen perempuan dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) resmi dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang keilmuannya masing-masing pada momen pengukuhan yang berlangsung secara bersamaan.

Prof Trisakti Handayani dikukuhkan sebagai profesor di bidang Ilmu Kajian Budaya, Prof Elly Purwanti di bidang Ilmu Pendidikan Biologi, dan Prof Sugiarti di bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pengukuhan ini menjadi tonggak penting bagi UMM dalam memperkuat kontribusi keilmuan di berbagai ranah pendidikan tinggi, khususnya dalam pengembangan perspektif kritis dan kontekstual.

Pendidikan Adil Gender dan Tantangan Global Jadi Sorotan

Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul "Kajian Budaya dan Isu Gender dalam Pendidikan di Indonesia", Prof Trisakti Handayani menekankan bahwa pendidikan tidak berlangsung dalam ruang netral, melainkan selalu dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan relasi kekuasaan.

Ia menjelaskan bahwa kajian budaya menunjukkan potensi pendidikan dalam mereproduksi ketidaksetaraan, namun juga membuka peluang besar untuk menjadi kekuatan transformatif dalam menciptakan keadilan sosial.

Menurutnya, perspektif gender penting untuk diterapkan dalam seluruh aspek pendidikan—mulai dari kurikulum hingga interaksi di kelas—agar mampu menciptakan ruang belajar yang demokratis dan inklusif bagi semua gender.

Tantangan globalisasi dan era digital menuntut sistem pendidikan Indonesia menyiapkan generasi yang kuat secara identitas kultural dan mampu menyaring informasi secara reflektif melalui literasi kritis.

Prof Trisakti menegaskan perlunya reformasi pendidikan secara menyeluruh dengan memperhitungkan aspek budaya dan kesetaraan gender, disertai sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat sipil, dan keluarga.

Mengutip tokoh pendidikan Paulo Freire, ia menyampaikan bahwa "pendidikan harus menjadi praktik kebebasan untuk membebaskan individu dari penindasan dan memberdayakan mereka sebagai agen perubahan sosial."

Penulis :
Gian Barani